PAPUA–Sekitar dua ribu warga dari sejumlah distrik di Kabupaten Nduga, Papua terpaksa mengungsi ke Kabupaten Wamena. Mereka khawatir menjadi korban kontak senjata antara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPNB-OPM) dengan aparat keamanan.
Sekretaris Eksekutif dari Yayasan Teratai Hati Papua yang mendampingi pengungsi, Ence Geong, menyebut para pengungsi itu berasal dari Distrik Mbua, Yal, Yigi, Mapenduma, Nikuri, dan Mbulmu Yalma. Sebanyak 610 di antaranya merupakan pelajar.
BACA JUGA: Beredar Foto Anaknya Pegang Bendera Bintang Kejora, Ini Kata Bupati Nduga
Mengutip BBC, Jumat (1/3/2019) Ence berkata, para pengungsi berdatangan sejak 4 Desember 2018 atau persis setelah diberlakukan operasi militer pasca insiden pembunuhan terhadap karyawan PT Istaka Karya.
“Pengungsi itu ada yang orang tua bersama anak mereka, tapi ada juga anaknya saja sedangkan orang tuanya masih bersembunyi di hutan. Karena tidak ada jaminan (mengungsi) ke Wamena untuk bertahan hidup,” ujar Ence Geong.
“Sehingga mereka memilih bertahan hidup di hutan supaya dekat dengan sumber makanan, kebun mereka sendiri,” sambungnya.
BACA JUGA: Bupati Nduga Dukung Tim Gabungan Berantas KKB
Para pengungsi, kata Ence, kini tinggal di rumah-rumah sanak keluarga mereka tapi kebutuhan sehari-hari tidak mencukupi. Dalam catatannya sepanjang Januari hingga Februari, empat orang meninggal dunia karena sakit.
“Sekarang sudah masuk bulan ketiga mengungsi dan kebutuhan dasar seperti makan dan minum paling sengsara. Pengakuan anak-anak itu, ada yang makan sehari sekali, ada yang dua hari sekali, sampai ada yang pingsan saat belajar,” jelas Ence. []
SUMBER: BBC INDONESIA