TAKWA kepada Allah adalah perlindungan. Berarti menghindar, bertakwa adalah berarti menghindar dari siksa Allah subhanahu wa ta’ala. Baik siksa duniawi maupun ukhrawi.
Pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah yang berlaku di alam raya ini, bisa mengakibatkan jatuhnya sanksi dari Allah subhanahu wa ta’ala dan ketika itu seseorang tidaklah bertakwa kepada Allah.
Takwa ukhrawi, siapa yang melanggar perintah perintah agama seperti shalat, puasa dan lain-lain sebagainya, berbohong, menipu, korupsi, maka dia terancam dengan siksa Allah. Tetapi inti dari siksa menyangkut pelanggaran hukum-hukum agama itu di akhirat nanti.
Siapa yang mengabaikan shalat, siapa yang menganiaya maka sangsinya secara sempurna akan diterimanya di akhirat nanti.
Dalam Al-Qur’an ada ayat yang menyatakan ittaqullaha haqqa tuqatihi bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya taqwa. Sahabat nabi Ibnu Mas’ud memahami ini bahwa bertakwa sebenar-benarnya taqwa sulit bahkan mustahil dilakukan. Karena itu berarti tidak pernah akan durhaka, tidak pernah akan melupakan Allah, tidak pernah akan tidak mensyukuri nikmatnya.
Ada ayat lain yang turun yang menjelaskan maksud firman itu. yaitu bertakwalah kepada Allah sesuai kemampuan kamu bertakwa sesuai kemampuan melaksanakan perintah-Nya sesuai kemampuan dan jauhi larangan-Nya. Karena menjauhi larangan Allah tidak membutuhkan kemampuan.
Saudara memang mestinya terjadi take and give antara dua pihak tetapi anugerah Allah terlalu banyak dan kemampuan manusia terlalu sedikit.
BACA JUGA: Kabar Gembira bagi Mereka yang Bertakwa
Sehingga Allah merestui fattaqullaha mastatho’tum bertakwalah kepada Allah sesuai kemampuan kamu bertakwa.
Seorang muslim dituntut untuk memiliki ketakwaan yang kuat pada Allah SWT. Imam Ar-Raghib Al-Asfahani,
“Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan.” (Al-Mufradat Fi Gharibil Qur’an, hal 531).
Namun ketakwaan seseorang tidak bisa dilihat secara kasat mata. Terdapat ciri-ciri khususnya yang dimiliki hanya oleh orang yang benar-benar bertakwa. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri orang bertakwa yang perlu diketahui:
Takwa kepada Allah: Mengerti Ilmu Agama
Orang yang bertakwa adalah orang yang mengerti ilmu agama. Maka dari itu, terdapat sebuah riwayat yang menceritakan tentang setan yang jauh lebih takut pada orang berilmu yang sedang tidur daripada orang tak berilmu yang sedang sholat. Maka dari itu, jika ingin meningkatkan ketakwaan, tingkatkanlah ilmu agama.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ النَّاسِ أَكْرَمُ قَالَ « أَكْرَمُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاهُمْ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَأَكْرَمُ النَّاسِ يُوسُفُ نَبِىُّ اللَّهِ ابْنُ نَبِىِّ اللَّهِ ابْنِ نَبِىِّ اللَّهِ ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَعَنْ مَعَادِنِ الْعَرَبِ تَسْأَلُونِى » . قَالُوا نَعَمْ . قَالَ « فَخِيَارُكُمْ فِى الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِى الإِسْلاَمِ إِذَا فَقِهُوا »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ ditanya Siapakah orang yang paling mulia?” “Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara mereka”, jawab Rasul ﷺ. Orang tersebut berkata, “Bukan itu yang kami tanyakan.” “Manusia yang paling mulia adalah Yusuf, nabi Allah, anak dari Nabi Allah, anak dari nabi Allah, anak dari kekasih-Nya”, jawab beliau. Orang tersebut berkata lagi, “Bukan itu yang kami tanyakan”. “Apa dari keturunan Arab?”, tanya beliau. Mereka menjawab, “Iya betul”. Beliau bersabada, “Yang terbaik di antara kalian di masa jahiliyah adalah yang terbaik dalam Islam jika dia itu fakih (paham agama). (HR. Bukhari no. 4689).
BACA JUGA: Kabar Gembira bagi Mereka yang Bertakwa
Takwa kepada Allah: Menegakkan Sholat
Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu menjaga sholatnya. Bahkan meskipun dalam keadaan terseok-seok, ia akan tetap melaksanakan sholatnya.
الٓمٓ ١ ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ ٢ ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ ٣ وَٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبۡلِكَ وَبِٱلۡأٓخِرَةِ هُمۡ يُوقِنُونَ ٤
“Alif laam miim, Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka., dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS. Albaqarah 1-4).
Takwa kepada Allah: Menjauhi Maksiat
Orang yang bertakwa juga akan selalu menjauhi berbagai bentuk kemaksiatan. Meskipun godaan setan hanya berupa kalimat ‘cuma sebentar’ atau ‘bisa taubat lagi’ sekalipun, orang yang bertakwa akan menjauhi kemaksiatan.
Tawakal kepada Allah: Mempersiapkan bekal Hari Akhir
Orang yang bertakwa juga selalu mempersiapkan bekal di hari akhir. Ia akan beribadah sebaik mungkin dan memperbanyak amalan agar bisa memiliki bekal yang cukup. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al Hasyr ayat 18,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.[]
SUMBER: JAMPASIR | DALAMISLAM