Oleh: Fika Fitria Syahroni
PAGI itu, matahari mulai merangkak mencumbui bumi. Ayam berokok riang menggairahkan. Rabu nan cerah, saya dan adik kelas saya bergegas melangkahkan kaki untuk menghadiri sebuah kajian di Al-Multazam. Tema kajian saat itu adalah tentang “Keutamaan Majelis Ilmu”.
Saat sang moderator mempersilahkan al-ustadz Hary Badar bin Marwan, al-ustadz cekatan memanjatkan puji syukur pada Allah dan shalawat pada baginda Nabi Saw. Sesaat setelah itu, al-ustadz melontarkan sebuah pertanyaan kepada para mustami’.
“Tahu kah kalian apakah taman surga itu?” Seketika ruangan senyap tanpa suara, seluruh mustami’ termenung.
BACA JUGA: Masya Allah Indahnya Sungai-sungai Surga
Taman syurga. Apa yang terlintas dalam pikiranmu saat mendengar kata taman syurga. Pertama kali saya mendengar kata ini, jujur refleks pikiran membayangkan wujud taman hijau nan rindang, berbuah banyak nan segar dan di bawahnya terdapat dipan-dipan dari permata dan berlian.
Begitulah yang saya tahu sebab pernah membaca terjemah Alqur’an yang menyampaikan hal tersebut. Tentunya, orang-orang yang duduk di atas dipan-dipan itu tiada lain adalah orang-orang yang beriman, orang-orang pilihan yang diridhai Allah untuk masuk ke syurga-Nya. “Oh, duhai indahnya.. ingin rasanya saya termasuk orang yang duduk disana, di taman nan indah, penuh kenikmatan nan berkah tiada tara”, gumam saya dalam hati.
Beberapa menit kemudian, al-ustadz menyampaikan bahwa taman syurga itu adalaha halaqah dzikir atau bisa disebut majelis ilmu. Ternyata oh ternyata, taman syurga yang dimaksud bukanlah taman syurga yang ada di akhirat. Tetapi taman syurga yang berada di dunia, yaitu halaqah dzikir. “Apabila kalian berjalan melewati taman-taman surga, perbanyaklah berdzikir”. Para sahabat bertanya, “wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman surga itu?” Beliau menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah zikir (majelis ilmu agama).” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).
Taman syurga adalah halaqah dzikir. Halaqah dzikir disini bukan berarti perkumpulan yang biasa membaca dzikir sebanyak ratusan kali, misalnya membaca tahlil seratus kali, tahmid seratus kali. Tapi majelis dzikir disini ialah majelis atau suatu tempat dimana di sana diterangkan tentang ilmu agama, tentang yang halal dan yang haram dalam agama. Majelis dimana Allah dan Rasul-Nya banyak disebut dan orang-orang yang hadir disana adalah mereka ahli ilmi, orang-orang yang berkeinginan untuk belajar ilmu agama.
Kita telah tahu bahwa Islam begitu tinggi menjunjung seorang penuntut ilmu (ahli ilmi). Seorang penuntut ilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah, seorang penuntut ilmu akan dipermudah menuju jalan ke syurga. Keutamaan lainnya adalah seorang penuntut ilmu akan dicari malaikat dan dipuji Allah.
Dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, “Sesungguhnya Allah memiliki malaikat سيّارة (yang berjalan-jalan) mencari majelis dzikir/ majelis ilmu. Apabila mereka mendapati majelis dzikir, malaikat duduk bersama mereka dan membentangkan sayap-sayap mereka sehingga memenuhi langit dunia. Apabila orang-orang yang berdzikir tadi selesai, mereka berpencar dan naik ke langit. Saat itu Allah bertanya kepada malaikat- padahal Dia Lebih Mengetahui:
Allah: “Dari mana kalian datang?”
BACA JUGA: Adakah Orang yang Enggan Masuk Surga?
Malaikat: “Kami datang dari hamba-hamba-Mu yang ada di bumi”
Allah: “Apa yang mereka lakukan?”
Malaikat: “mereka selalu bertasbih, bertakbir, bertahlil, dan bertahmid kepada-Mu”.
Allah: “Apa yang mereka minta pada-Ku?”
Malaikat: “Mereka meminta syurga-Mu”
Allah: “Apakah mereka telah melihat syurga?”
Malaikat: “Belum”
Allah: “Bagaimana kalau mereka melihat syurga?”
Malaikat: “Kalau mereka melihat syurga, maka mereka akan bersemangat sekali meminta sehingga terlihat dan sangat bercita-cita dan mereka meminta perlindungan kepada-Mu”
Allah: “Dari apa mereka meminta perlindungan kepada-Ku?”
Malaikat: “Dari neraka-Mu”.
Allah: “Sudah kah mereka melihat neraka?”
Malaikat: “Belum”
Allah: “Bagaimana jika mereka melihat neraka?”
Malaikat: “Maka mereka akan lebih lari dari neraka, lebih takut dari neraka dan mereka akan beristighfar kepada-Mu”
Allah: “Sungguh aku akan mengampuni, memberi yang mereka minta dan melindungi mereka”
Malaikat: “Diantara mereka ada seseorang yang penuh dengan dosa dan kesalahan, ia tidak sengaja lewat dan duduk dengan mereka?”
Allah: “Bagi dia, aku pun mengampuni. Mereka adalah kaum yang tidak akan mencelakakan mereka (ahli ilmu)”.
Subhanallah, betapa indahnya keutamaan para penuntut ilmu di majelis sampai-sampai mereka dibicarakan Allah dan para malaikat. Mereka pun dicari-cari malaikat, sehingga saat di majelis, malaikat membentangkan sayap-sayapnya sebagai tanda penghormatan dan perlindungan (menurut beberapa ahli).
BACA JUGA: Orangtua Tak Jadi Masuk Surga karena Anak, Ini Sebabnya
Subhanallah, subhanallah.. betapa indahnya keutamaan tersebut, bahkan secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa jika kita hadir dalam majelis berarti kita tengah meminta syurga-Nya, meminta dijauhkan dari neraka-Nya dan meminta diampuni dari segala dosa. Padahal belum tentu bagi kita yang biasa menghadiri kajian di majelis memiliki niat berlian seperti itu. Kadang kala kita hanya memiliki kesadaran demi untuk menambah ilmu dan keimanan, dan tak lebih dari itu. wahai Allah, betapa sombongnya kita jika hanya berniat hadir di majelis demi menambah keimanan tanpa merindukan syurga, melupakan neraka dan dosa-dosa.
Belum lagi di era digital seperti sekarang ini, kita seolah bangga sebab semua serba mudah. Informasi, komunikasi juga ilmu begitu mudah diakses. Tempo dulu para ulama menempuh jarak bermil-mil demi mendapatkan ilmu. Kini kita hanya cukup duduk santai dan menggerakan jari-jemari tuk membuka layar di handphone kita. Namun disadari atau tidak, di balik kemajuan IT ini kadang kita terjerembab dalam lingkar kemalasan sehingga muncul virus “kemageraan”, sehingga berat untuk melakukan aktivitas terlebih menjadi enggan melangkah dan meraih keutamaan di majlis ilmu. Naudzubillah min dzalik, semoga kita diberikan kekuatan oleh Allah untuk kembali memperjuangkan mimpi kita yakni meraih syurga. Aamiin ya Rabbal ‘alamin. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.