Oleh : Maman Rochaman
rochaman.su@gmail.com
ADA kisah yang masih saya ingat, ketika yayasan kami berniat mendirikan sekolah taman pendidikan quran atau TPA untuk anak-anak saat itu. Tanah sudah dibeli, cukup baik letaknya di tepi jalan, berlokasi di tengah-tengah perkampungan. Hanya masih harus diratakan karena tanah itu miring.
Dilakukan oleh dua orang pekerja, tiga-empat hari tidak selesai. Walhasil harus sewa ‘beco” dengan bayaran cukup tinggi, dua juta rupiah untuk satu hari. Angka itu untuk tahun 2000-an, angka yang lumayan tinggi.
Oleh sebab kehabisan “tenaga”, akhirnya untuk sementara rehat juga perataan tanah miring itu, menunggu berpikir kesana dan kemari panitia, bagaimana menyelesaikan “proyek” itu.
Tapi tidak disangka karena niat mungkin sudah terpatri, pertolongan Allah swt datang menghampiri. Sesepuh pemuda dan karang taruna datang menawarkan untuk kerja bakti. “Biarlah kami semua yang meratakan,” kata Wak Enjen, tokoh pemuda saat itu.
“Sediakanlah nasi liwet dan ikannya untuk kami kerja,” begitu ia lontarkan lagi.
Yang jelas kami saat itu tidak bisa menolak keinginan mereka memberi andil untuk ‘proyek’ perataan tanah sekolah.
Hanya dengan bekal uang 70 ribu-an untuk beras 8 liter-an, dan ikan emas 5 kg-an yang dibeli di kolam seorang warga saat itu, puluhan pemuda dan warga datang membantu meratakan tanah miring bakal sekolah. Jam tujuh pagi hari kerja bakti dimulai. Belum jam lima sore hari itu, tanah sudah asri dan rata siap difondasi bangunan TPA kami. Subhanalloh,…
“Sakitu wae, Lot*, bantuan ti kami mah,” kata Wak Enjen ringan mengatakan langsung pada saya saat itu.
*Lot : kadang saya dipanggil Olot oleh sebagian pemuda kampung. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word.