SETIAP manusia pasti memiliki rasa cinta, dan setiap cinta memiliki tanda. Tapi apakah kita sudah memahami tanda cinta dalam Islam?
Sufyan bin Uyainah ra. Pernah berkata,
“Siapa yang mencintai Allah SWT, dia pasti mencintai orang-orang yang dicintai-Nya. Siapa yang mencintai orang yang dicintai Allah SWT, dia akan mencintai semua perbuatan mencintai semua perbuatan yang dilakukan karena-Nya. Siapa yang mencintai perbuatan karena Allah SWT, dia suka sekali jika amalnya tidak diketahui orang lain.”
BACA JUGA: Karunia Anak Bukanlah Tanda Cinta Allah pada Kita
Lantas bagaimana penjelasan tiga tanda cinta dalam Islam di atas? Inilah penjelasannya:
1. Tanda Cinta dalam Islam: Mencintai Allah
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 165,
“Orang-orang yang yang beriman lebih kuat cintanya kepada Allah”.
Sangat miris rasanya bila seorang muslim tidak menjadikan Allah sebagai cinta pertamanya. Karena hanya Allahlah satu-satunya tempat kita kita bersandar, mengadu dan berserah.
Sering kali seorang muslim terbuai oleh cinta-cinta dunia yang mana malah menghantarkan kepada kelalaian.
Dengan mencintai Allah, tentu seorang muslim akan mencintai orang-orang yang dicintai oleh Allah.
Seperti cinta kepada Rasulullah ﷺ, cinta kepada orang-orang yang menjalankan perintah-Nya dan cinta kepada yang mendakwahkan ajaran-Nya.
Allah juga berfirman,
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikuti aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
https://www.youtube.com/watch?v=wZTmhrmANFo
2. Tanda Cinta dalam Islam: Mencintai Orang yang Dicintai Allah
Sebagai seorang muslim salah satu tanda cinta dalam Islam adalah dengan mencintai orang yang dicintai Allah.
Yaitu kita harus mencintai Allah dan Rasulullah ﷺ. Bahkan mencintai keduanya adalah tolak ukur mencintai yang lainnya. Yaitu mencintai pasangan, anak, keluarga dan lain sebagainya.
Sebagai seorang muslim pun kita dianjurkan untuk mencintai orang yang adil. Mereka yang melakukan aktivitas tidak merugikan orang lain dan juga melaksanakan kewajiban sesuai ketentuan Allah SWT.
Allah juga mencintai orang yang sabar, maka seorang muslim pun harus mencintainya. Hal itu karena orang-orang sabar tunduk sepenuhnya kepada Allah.
Allah SWT berfirman,
”Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali-Imran: 146).
Tak lupa Allah juga mencintai orang yang bertakwa dan orang yang menyucikan diri. Kedua hal ini tertera dalam Al-Qur’an,
”Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS. Ali-Imran: 159)
”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222).
Itulah beberapa golongan yang Allah cintai, maka cintailah juga mereka sebagai tanda cinta dalam Islam.
BACA JUGA: 6 Tanda Cinta pada Nabi Muhammad
3. Tanda Cinta dalam Islam: Mencintai Perbuatan Karena Allah
Seorang muslim haruslah mencintai segala perbuatan yang disandarkan hanya kepada Allah. Karena segala sesuatu itu harus betul niatnya, yaitu memurnikan niat hanya untuk Allah semata.
“Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niatnya. Sesungguhnya bagi setiap orang adalah apa yang ia niatkan.” (HR Bukhari Muslim).
Maka kesalahan niat aka membuat kerusakan kecil pada benak seorang hamba, maka niat yang salah akan menjauhkan pahala.
Karena seseorang yang melakukan perbuatan karena Allah semata akan fokus dengan amalan-amalan kebaikan, bukan malah fokus pada pujian dan pandangan seseorang terhadapnya.
Bahkan seseorang yang mencintai perbuatan karena Allah, ia akan suka menyembunyikan amalnya agar tidak diketahui orang. Karena yang menjadi tujuan hanya ridha Allah, bukan yang lain.
Maka itulah tiga tanda cinta dalam Islam. Ibnu Hajar Al-Asqalani pernah menukil bahwa sebetulnya cinta kepada Allah itu terbagi dua.
BACA JUGA: Karunia Anak Bukanlah Tanda Cinta Allah pada Kita
Pertama, cinta yang fardu, yaitu cinta yang mendorong seorang hamba taat kepada perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan ridha atas segala ketetapannya.
Kedua, cinta yang bersifat anjuran (nadb), yaitu cinta yang mendorong hambanya melakukan hal-hal sunnah.
Mudah-mudahan kita semua bisa merasakan manisnya cinta kepada Allah. Sebagaimana Ash-shiddiq mengatakan,
“Siapa yang telah merasakan manisnya cinta kepada Allah, dia tidak akan mengejar kesenangan dunia dan akan takut popularitas.”
SUMBER: Nasha ‘ih al-‘ibad fi Bayani Alfahzi al-Munabbihat’ala Isti’dad Li Yaum al-Ma’ad | Oleh: Syekh Nawawi al-batani | Penerjemah: Fuad Saifudin Nur | WALIPUSTAKA | 2016