MASJID Al-Furqan Dewan Da’wah bersama Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan Asar Humanity mengadakan pelatihan tanggap bencana kebakaran untuk para pengurus dan remaja dari berbagai masjid yang ada di Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.
Sabtu,16 Oktober 2021, pelatihan berlangsung di Aula Masjid Al-Furqan Dewan Dakwah dan halaman parkir masjid. Acara dibuka oleh Ketua Laznas Dewan Da’wah Tjaturadi Waluyo dan dihadiri oleh Ketua Masjid Al-Furqan serta Ketua DMI Jakarta Pusat.
“Dengan pelatihan seperti ini, harapannya kita sudah punya pengalaman atau keterampilan sedikit dalam menghadapi api, sehingga kita bisa membantu masyarakat (dalam mengatasi kebakaran),” ungkap Ketua Laznas Dewan Da’wah, Tjaturadi Waluyo dalam sambutannya di pelatihan tanggap bencana kebakaran ini.
BACA JUGA: Pengurus Baru Dewan Dakwah Gelar Raker
Sebelum pelatihan tanggap bencana kebakaran dimulai, Ustadz Oma Rahmat Rasyid, Ketua Bina Masjid Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, memberikan tausiyah tentang peran masjid sebagai pelayan dan perekat umat.
“Kalau di luar sana ada kebakaran, maka masjid itu harus berperan. Tunjukan kepada masyarakat bahwa masjid itu punya peran yang luar biasa sebagaimana Rasulullah mencontohkan kepada kita. Tentunya peran itu harus dilandasi dengan ilmu. Alhamdulillah, sekarang kita diberikan ilmu tentang bencana kebakaran,” ujar Ustadz Oma dalam kajiannya.
Sementara itu, materi inti pelatihan disampaikan oleh Tim Asar Humanity yang merupakan lembaga kemanusiaan yang berdiri sejak tahun 2018.
Di Jakarta pada tahun 2021, dari Januari hingga Agustus, ini terjadi 984 kebakaran. Jumlah ini menurun dibanding periode yang sama tahun lalu yaitu 1.027 kejadian.
Peserta pelatihan tanggap bencana kebakaran yang berjumlah sekitar 38 orang mendapatkan materi mengenai mitigasi bencana kebakaran dan langkah penanganan yang tepat terhadap kelas-kelas kebakaran.
Kelas-kelas kebakaran dibagi menjadi empat kelas, yakni kebakaran kelas A, kelas B, kelas C, dan kelas D. Kebakaran kelas A merupakan kebakaran yang paling ringan yang bersumber dari bahan non logam. Cara pemadamannya pun mudah yakni bisa dengan apar kelas A, atau air, kain basah, dan lainnya.
Kebakaran kelas B merupakan kebakaran yang berasal dari bahan cair dan gas yang mudah terbakar. Cara pemadamannya menggunakan apar kelas B atau foam.
Kemudian Kebakaran kelas C merupakan kebakaran yang bersumber dari peralatan listrik. Hal pertama yang dilakukan adalah memutus aliran listrik. Bila sudah diputus, maka penanganannya sama seperti kebakaran kelas A dan dianjurkan untuk menggunakan apar foam.
Adapun kebakaran kelas D biasa terjadi di perusahaan karena bersumber dari bahan-bahan logam. Pemadamannya pun menggunakan apar khusus.
Antusiasme peserta pelatihan tanggap bencana kebakaran meningkat saat melakukan praktik pemadaman api ringan. Simulasi berlangsung di halaman masjid.
Secara bergantian mereka melakukan pemadaman api dari tabung gas dan tong drum dengan menggunakan kain basah dan alat pemadam api ringan (apar). Anggota tim Asar Humanity menjelaskan masing-masing teknik pemadaman api dengan tenang dan meminta peserta agar tidak panik dan ragu dalam simulasinya.
BACA JUGA: Cerita Uroosa Arshid, Pemadam Kebakaran Berhijab Pertama di Inggris
“Kami sangat terkesan dengan adanya kegiatan ini karena dapat belajar tentang bencana kebakaran yang berkaitan dengan masjid,” ungkap Fajar, salah satu peserta dari Masjid Putra Fatahilah, Kelurahan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat.
Fajar juga menyampaikan cerita terkait kebakaran yang pernah terjadi di masjidnya. Karena penanganan yang tidak tepat, masjid pun terkena api hingga menghanguskan sebagian ruangan sholat.
Setelah menjalani pelatihan tanggap bencana kebakaran ini diharapkan para peserta mampu mengatasi bencana terutama kebakaran di lingkungan masjid masing-masing. []