PULUHAN tahun lamanya Nabi Ya’qub berpisah dengan belahan jiwanya, yakni Yusuf alaihisalam. Allah ta’ala menggambarkan kesedihan yang beliau rasakan dalam firmanNya, “Ia berkata, ‘Aduhai duka citaku terhadap Yusuf’dan kedua matanya menjadi putih’,” (QS. Yusuf:84).
Karena banyaknya tangisan dan air mata, maka hitam bola matanya berubah menjadi putih. Tergambar pula bagaimana penderitaan beliau sekaligus kecintaan beliau terhadap putranya itu, sehingga hal ini menyebabkan saudara-saudara Yusuf alahisalam berkata kepada ayahnya: “Demi Allah, engkau selalu mengingat-ingat Yusuf, sehingga engkau mengidap penyakit yang berat atau termasuk orang-orang yang binasa,’’ (QS.Yusuf 86).
BACA JUGA: Kisah Nabi Yusuf Ketika Mendapatkan Tugas Kenabian
Yaqub tetap optimis untuk berjumpa kembali dengan Yusuf dan Bunyamin, saudara Yusuf yang sedang ditawan raja Mesir. Ia berkata kepada anak-anaknya; ‘’Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya, dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak perputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir,’’ (QS.Yusuf:87).
Sebuah doa yang menunjukann pula persangkaannya yang baik kepada allah bahwa putranya, Yusuf masih hidup. Dan Allah Ta’ala tidak menyianyiakan optomisme dan prasangka baik beliau yang disertai ikhtiar dan doa itu.
Nun jauh di Mesir, Yusuf alahisalam memerintahkan: “Pergilah kamu dengan membawa baju gamismku ini, lalu letakanlah dia ke wajah ayahku, nanti a akan melihat kembali dan bawalah keluargmu semuanya kepadaku,’’ (QS.Yusuf : 93).
BACA JUGA: Nabi Yusuf Menakwilkan Mimpi Raja
Lalu perhatikanlah, betapa kuatnya keterikatan batin seorang ayah dengan anaknya. Nabi Yaqub telah merasakan wanginya Nabi Yusuf yang bersumber dari gamisnya yang baru memasuki kota dimana nabi Yaqub tinggal.
Padahal masih sangat jauh jarak antara Nabi Yaqub dengan gamis nabi yusuf! Akan tetapi aromanya telah tercium.
Ini sungguh menajubkan. Dan terciumnya bau seorang anak oleh orang tuanya setelah perpisahaan yang cukup lama terjadi pula pada masa Umayyah radhiyallaahuanhu. ini terjadi pada Umayyah al-askar rahima-hullaah. []
Sumber: Kisah Haru yang Mengundang Tangis/Karya : Abu Muhammad Ibnu shalih Hasbullah/Penerbit: Pustaka Ibnu Umar.