SEBELUM Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik mewasiatkan kekhalifahannya tanpa sepengetahuan siapa pun. Hingga akhirnya ia dipanggil oleh sang pemiliknya dan sang penciptanya, para Bani Umayyah mendapatkan amanah dari penasihat Khalifah untuk membaiatkan siapa saja orang yang tercantum dalam wasiat itu.
Alangkah kecewanya salah seorang tokoh Bani Umayyah, ialah Hisyam, seraya berkata, “Inna lillahi Wa inna ilahi raji’un, aku telah disingkirkan dari Khalifah itu…!”
BACA JUGA: Rasulullah Meminjam Baju Besi Shafwan bin Umayyah
Umar pun langsung menyahut, “Memang! Inna lillahi Wa inna ilahi raji’un, mengapa ia mesti jatuh ke tanganku, padahal aku tidak menyukainya.”
Keesokan harinya Khalifah berpidato dihadapan mereka, dalam Madjid Dabiq. Lalu diucapkannya, “… Amma ba’du, sungguh aku telah menerima cobaan yang sangat dengan pengangkatan ini tanpa aku sendiri mengetahuinya, dan juga tanpa musyawarah Kaum Muslimin. Oleh karena itu sekarang aku batalkan baiat itu, pilihlah sendiri pemimpin yang kalian kehendaki!”
Namun mereka menyerukan, “Tidak! Andalah yang kami pilih, wahai Amirul Mukminin…!”
BACA JUGA: Puncak Kejayaan Ekonomi Islam Masa Daulah Umayyah
Ketika itu ada suara yang mampu mengalahkan suara orang-orang yang menyuarakan kegembiraannya, ialah suara tangisan Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Nabi bersabda, “Jabatan (kedudukan) pada mulanya ada penyesalan, pada pertengahannya ada kesengsaraan (kekesalan hati), dan pada akhirnya ada dzab pada hari kiamat.” (HR Thabrani) []
Sumber: Oase Kehidupan, Merujuk Kisah-kisah Hikmah Sebagai Teladan/Penerbit: Marja/Penulis:Abu Dzikra – Sodik Hasanuddin,2013