SEJAK ditinggal wafat oleh ibunya, Rasulullah diasuh oleh Ummu Aiman. Ia menjadi pengasuh yang sekaligus pelayan Rasulullah. Ia tinggal bersama Nabi di rumah kakeknya, Abdul Muthalib. Kemudian ke rumah pamannya, Abu Thalib. Lalu menetap di rumah Khadijah, isteri pertama Nabi.
Ia begitu dihormati dan diperlakukan oleh Nabi.
“Ummu Aiman adalah ibu setelah ibuku.” Kata beliau.
BACA JUGA: Fakta Menarik Rasulullah SAW
Ummu Aiman kemudian dibebaskan sebagai budak setelah Nabi menginjak dewasa.
“Siapa yang senang kawin dengan wanita ahli Surga, kawinlah dengan Ummu Aiman,” begitu pula yang dikatakan Nabi mengenai Ummu Aiman.
Ia kemudian dikawin oleh Zaid ibn Haritsah, budak beliau yang lain. Dari perkawinan itulah lahir Usamah ibn Zaid.
Setiap hari Nabi selalu meluangkan waktunya untuk menjenguk Ummu Aiman, kunjungan yang tak pernah terlewatkan oleh beliau. Beliau pun memanggilnya “Ibu” dan sudah menganggapnya sebagai keluarga. “Inilah keluargaku yang tersisa.” Kata beliau.
Itulah bentuk cinta Nabi. Padahal ia ‘hanyalah’ wanita hitam dari negeri Habasyah yang tak punya hubungan keluarga dengan Nabi. Tetapi, di rumah Nabi ia dimuliakan dan dihormati hingga para sahabat pun sering mengunjunginya.
Pernah Abu Bakar dan Umar mengunjunginya sepeninggal Rasulullah wafat, Ummu Aiman tak kuasa membendung air mata. Ia menangis sampai Abu Bakar dan Umar merasa iba padanya.
BACA JUGA: Pendapat Umar Sama dengan Pendapat Rasulullah
“Bukankah kau tahu apa yang di sisi Allah itu lebih baik bagi Rasul-Nya?” kata Umar dan Abu Bakar mencoba menghibur.
“Benar, tetapi aku menangis karena wahyu dari langit telah terputus,” jawabnya sambil menangis.
Lalu Abu Bakar dan Umar pun ikut menangis. []
Sumber: Dr. Nizar Abazhah, Bilik-Bilik Cinta Muhammad, Kisah Sehari-Hari Rumah Tangga Nabi., hal 266, 267