ABU Bakar menangis. Kenapa?
Dengan langkah berat dan pelan, Nabi ï·º memutuskan untuk melangkah ke pintu masjid, dengan kepala yang terlilit kain dan kedua telapak kaki yang tidak mampu menopang tubuhnya.
Lalu naik ke mimbar dengan lemah dan dengan tangan gemetar,beliau menghadap ke orang-orang dengan raut wajah yang nampak sekaliraut muka orang yang menunjukkan tanda-tanda sakit. Kemudian beliau berkhutbah dengan suara bergetar seakan-akan beliau akan berpisah dengan dunia.
Sesudah mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, lalu berkata: “Hai golongan Muhajirin, orang Muhajirin, kalian menjadi bertambah sdangkan kaum Anshor tetap seperti itu keadaannya, tidak bertambah. Sehingga mereka bagi manusia bagaikan garam dalam makanan, siapa diantara kalian yang berkuasa yang membuat bahaya bagi suatu kaum dan memberikan manfaat bagi kaum yang lain, maka muliakanlah orang-orang di antara mereka dan bebaskanlah orang yang berbuat kesalahan di antara mereka.”
BACA JUGA:Â Keutamaan Abu Bakar Ash-Shidiq
Beliau berkata dengan mata berlinang, sambil melihat dengan tajam para sahabatnya: “Sesungguhnya seseorang disuruh memilih oleh Allah antara dunia dan antara yang ada di hadirat-Nya, maka hamba itu telah memilih yang ada di hadirat Allah!”
Mendengar itu, Abu Bakar menangis tersedu-sedu sehingga membuat orang-orang yang hadir terkejut. Dengan airmata yang mengalir di pipinya,Abu Bakar berkata: “Kami akan menebus engkau… Kami akan menebus engkau dengan bapak-bapak kami dan ibu-ibu kami… Kami akan menebus engkau dengan bapak-bapak dan ibu kami…”
Orang-orang yang membalikkan pandangannya dan menggerakan alisnya keheranan, dan bertanya-tanya, keheranan apa yang membuat Abu Bakar menangis, padahal Nabi ï·º berbicara tentang seorang hamba yang disuruh memilih untuk berada di hadirat Allah dan dunia, hamba tersebut lebih memilih untuk berada di hadirat Allah. Mengapa Abu Bakar menangis tersedu-sedu?
Tetapi akhirnya orang-orang yang mengetahui dari pemberitahuan Abu Bakar sendiri, bahwa seorang hamba yang memilih untuk berada ke hadirat Allah adalah Nabi ï·º sendiri.
Kemudian Nabi ï·º berkata: “Janganlah kamu menangis, Abu Bakar.”
Kemudian Nabi ï·º kembali menghadap ke orrng-orang dan berkata: “Sesungguhnya tidak ada seorang’pun yang paling setia kepadaku secara moral maupun materi kecuali Abu Bakar. Jika aku diperbolehkan menjadikan sesorang sebagai kawan yang sangat dekat selain dari Tuhanku maka aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasihku, tetapi cukuplah persaudaraan dalam Islam dan cinta kasihnya. Janganlah satu pintu dalam masjid melainkan harus ditutup, kecuali pintu rumah Abu Bakar…”
Selang beberapa waktu, disana di ujung kota Madinah, Abu Bakar ingin beristirahat di rumahnya dan membereskan sebagian urusannya.
Tidak berapa lama kemudian datanglah seorang dengan tergesa-gesa menyampaikan berita duka; Abu Bakar bagai disambar petir mendengar berita tersebut, bahkan ia mungkin kehilangan keseimbangan…
Dengan suara parau dan air mata yang bercucuran seorang berteriak seorang berteriak: “Ya Abu Bakar…ya Abu Qohafah…”
Abu Bakar keluar, dengan kebingungan ia memandang kepada orang yang mengabarkan berita kematian, yang dilantunkan dengan suara menyayat hati dan air mata bercucuran, setelah mengambil nafas dalam-dalam, dengan suara berat dan air mata bercucuran,orang tersebut berbisik: “Rasulullah ï·º telah wafat…”
Hati Abu Bakar gemetar,kedua matanya berlinang air mata. Musibah itu sangatlah menyakitkan, petir telah menyambar dan mematikan, Abu Bakar kehilangan keseimbangan, ia merasa bahwa bumi bergerak di bawahnya dan gunung-gunung bergelombang di sekelilingnya….
Dengan hati berduka Abu Bakar bergegas mendatangi masjid Rasulullah ï·º, saat itu orang-orang sudah ramai, ada yang berdiri dan sebagian lagi ada yang duduk, meratap dan menangis, mengucapkan perkataan yang tidak jelas dengan deraian air mata membasahi pipi-pipi mereka…
BACA JUGA:Â Abu Bakar Diberi Syarat Khusus oeh Orang-orang Musyrik
Abu bakar meangsek masuk ke dalam rumah tanpa memedulikan teriakan dan ratapan orang-orang, ia dapati Nabi ï·º ditutupi di salah satu pojok rumah, beliau ditutupi dengan kain Burdah Hibaroh (semacam kain buatan Yaman yang bersulam yang biasa dipakai oleh pembesar-pembesar kala itu). Lalu Abu Bakar menyingkapkan kain yang menutupi tubuh Nabi ï·º dengan perlahan-lahan dan membungkukkan badan memberikan ciuman perpisahan, bau harum seketika itu masuk ke hidung Abu Bakar.
Abu Bakar berkata dengan linangan air mata: “Alangkah bagusnya engkau di kala hidup dan alangkah bagusnya engkau di kala wafat…” []
SUMBER: FRENDY FERNANDO