PULANG dari medan perang Uhud, Rasulullah sangat berduka. Dalam perang ini kaum muslimin mengalami kekalahan besar. Para sahabat banyak yang gugur sebagai syuhada. Diantara mereka yang gugur adalah Muhab bin Umair dan Hamzah bin Abdul Mutholib, paman dari Rasulullah.
Jenazah mereka yang gugur dirusak oleh perempuan-perempuan musrikin bernama Hindun. Keadaan-keadaan jenazah itu sangat mengenaskan, terutama jenazah Hamzah bin Abdul Mutholib.
Di tepi jalan yang dilalui Rasulullah dan pasukan muslimin yang pulang ke Madinah, banyak perempuan- perempuan menangis. Mereka adalah perempuan- perempuan kaum Bani Abdi Ashyhal. Mereka mengangisi para pahlawan yang telah gugur di medan perang Uhud. Suku ini telah memeluk Islam dan, dan para lelakinya ikut ke dalam kancah peperangan bersama kaum muslimin.
“Tidak ada seorang pun yang menangisi Hamzah,” Gumam Rasulullah yang begitu sedih kehilangan Hamzah.
Sa’ad bin Mua’adz mendengar gumaman Rasulullah itu, ia pacu kudanya dengan kencang untuk menghampiri perempuan-perempuan itu, Ia mengira Rasulullah akan senang jika para wanita Bani Asyhal tadi menangisi Hamza dan Sa’ad pun menyuruh mereka agar menangisi Hamzah pula. Para wanita itu pun menurut.
Ketika Rasulullah mendengar tangisan mereka, beliau mendatangi mereka dan bersabda, “Bukan ini yang kumaksud. Pulanglah kalian, semoga Allah memberi kalian rahmat. Jangan menangis lagi”.
Namun ratapan terbaik terhadap Hamzah, ialah ucapan Rasulullah ketika berdiri di depan jasad Hamzah yang berada di antara para syuhada Uhud.
“Semoga rahmat Allah senantiasa menyertaimu. Yang kutahu engkau adalah orang yang menyambung silaturrahim, dan banyak berbuat baik.”
Kepergian Hamzah meninggalkan duka yang cukup dalam di hati Rasulullah. Seakan sulit untuk menghiburrnya. Namun Allah memiliki keputusan yang sudah ditetapkan. Begitu besarnya rasa kasih sayang Rasulullah terhadap para sahabatnya. []
Sumber: Buku 31 kisah Cerita Ba’da Isya, Sofiyah Mashuri