Oleh: M. Adi Cahyadi
puriserpong1@gmail.com
TANGISAN Rasulullah. Kenapa? “Antarkan sebagian makanan ini kepada Fatimah dan keluarganya, dia belum pernah merasakan makanan seperti ini,” pinta Rasulullah kepada Abu Ayub al-Ansari, sebelum beliau menyantap makanan yang dihidangkan.
Siang itu Rasulullah dan dua orang sahabatnya Abu Bakar dan Umar bin Khatab sedang bekunjung kerumah salah seorang sahabat yakni Abu Ayub al-Ansari. Sang tuan rumah menyambut tiga tamu agung tersebut dengan menyuguhkan satu tandan kurma dan susu kambing, kemudian disusul dengan hidangan kambing muda dilengkapi dengan roti yang lembut.
BACA JUGA: Dan Rasul pun Berkata: ‘Bilal, Bakar Saja Pemuda Itu!’
Sebelumnya, Rasulullah dan dua sahabatnya tersebut bertemu secara kebetulan di masjid, siang yang terik itu Rasulullah keluar rumah lalu kemasjid karena rasa lapar disebabkan dirumahnya tidak terdapat makanan yang bisa dimakan.
Pada saat itu Madinah memang tengah dilanda paceklik.
Begitupun Abu Bakar dan juga Umar bin Khatab, mereka keluar rumah menuju masjid karena lapar dan tidak terdapat makanan di rumahnya.
“Apa yang menyebabkan kalian keluar rumah saat cuaca seperti ini wahai sahabatku” tanya Rasulullah kepada dua orang sahabatnya tersebut. “karena rasa lapar wahai Rasulullah” jawab keduanya.
Setelah berbincang ketiganya sepakat untuk berkunjung kerumah salah seorang sahabat mereka yakni Abu Ayub al-Ansari. Setelah sampai mereka di sambut dengan penuh kegembiraan dan kehangatan oleh sang tuan rumah karena tamu yang datang adalah para sahabatnya yang mulia.
Setelah dipastikan bahwa putri beliau yakni Fatimah menerima kiriman makanan dari Abu Ayub barulah Rasulullah menyantap makanan yang dihidangkan, tetapi ditengah menyantap makanan tersebut beliau berhenti kemudian air matanya meleleh.
“Mengapa engkau menangis, wahai Rasul Allah?” tanya Abu bakar.
Lalu Rasulullah bersabda “Sungguh Allah akan menanyai ini (makanan) nanti di pengadilan-Nya.”
Mata yang mulia itu menangis, berderai air mata karena mengingat akan nikmat Allah berupa makanan.
Apa yang sebenarnya dirasakan Rasulullah sehingga beliau menangis ketika mendapatkan makanan yang lezat di saat rasa lapar mendera?.
Mungkin kita tidak akan pernah benar-benar bisa merasakan apa yang Rasul rasakan jika tidak pernah mengalami seperti apa yang Rasul alami, yakni ketiadaan makanan.
BACA JUGA: Kisah Nabi ﷺ Susah Tidur Karena Sebutir Kurma
Mungkin yang Rasul rasakan adalah rasa syukur yang amat mendalam hingga dari sana lahir perasaan takut mengecewakan sang pemberi rizki yakni Allah swt, takut kalau-kalau belum bisa mensyukuri nikmat Allah yang begitu besar berupa makanan.
Terkadang karena besarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita setiap hari berupa mudahnya kita mendapat makanan ketika lapar membuat kita lupa bahwa makanan yang ada dihadapan kita merupakan rizki dan karunia dari Allah swt, yang begitu besar.
https://www.youtube.com/watch?v=rzKQhyeuUk8
Mari kita awali aktivitas kita hari ini dengan rasa syukur kepada Allah swt yang telah merizkikan makanan untuk kita sarapan di setiap pagi.
Mungkin rumusan dari Imam Gazali bisa menjadi rujukan kita dalam mensyukuri nikmat Allah swt, yang pertama dilakukan ketika mendapat nikmat adalah sadari dan akui bahwa nikmat ini datang dari Allah swt, kedua puji Allah swt atas nikmat ini dengan lisan, yang ketiga gunakan nikmat Allah tersebut untuk beribadah kepada Allah, yang keempat jangan gunakan nikmat Allah tersebut untuk bermaksiat kepadaNya. []
RENUNGAN TENTANG HISAB
“(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu masih berupa janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa.” (QS. 53:32)
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Surat 57 Al-Hadid 20-21)