Oleh: M. Adi Cahyadi
Marbot Masjid Al-Madani Puri Serpong 1
“Antarkan sebagian makanan ini kepada Fatimah dan keluarganya, dia belum pernah merasakan makanan seperti ini,” pinta Rasulullah kepada Abu Ayub al-Ansari sebelum Beliau menyantap makanan yang dihidangkan.
Siang itu Rasulullah dan dua orang sahabatnya, Abu Bakar dan Umar bin Khatab sedang bekunjung ke rumah salah seorang sahabat yakni Abu Ayub al-Ansari. Sang tuan rumah menyambut tiga tamu agung tersebut dengan menyuguhkan satu tandan kurma dan susu kambing, kemudian disusul dengan hidangan kambing muda dilengkapi dengan roti yang lembut.
Sebelumya, Rasulullah dan dua sahabatnya tersebut bertemu secara kebetulan di masjid. Pada siang yang terik itu Rasulullah keluar rumah lalu ke masjid karena rasa lapar disebabkan di rumahnya tidak terdapat makanan yang bisa dimakan. Pada saat itu Madinah memang tengah dilanda paceklik.
Begitupun Abu Bakar dan juga Umar bin Khatab, mereka keluar rumah menuju masjid karena lapar dan tidak terdapat makanan dirumahnya.
“Apa yang menyebabkan kalian keluar rumah saat cuaca seperti ini wahai sahabatku,” tanya Rasulullah kepada dua orang sahabatnya tersebut.
“Karena rasa lapar wahai Rasulullah,” jawab keduanya.
Setelah berbincang ketiganya sepakat untuk berkunjung ke rumah salah seorang sahabat mereka yakni Abu Ayub al-Ansari. Setelah sampai mereka di sambut dengan penuh kegembiraan dan kehangatan oleh sang tuan rumah karena tamu yang datang adalah para sahabatnya yang mulia.
Setelah dipastikan bahwa putri beliau yakni Fatimah menerima kiriman makanan dari Abu Ayub barulah Rasulullah menyantap makanan yang dihidangkan, tetapi ketika tengah menyantap makanan tersebut Beliau berhenti kemudian air matanya meleleh.
“Mengapa engkau menangis wahai Rasul Allah?” tanya Abu bakar.
Lalu Rasulullah bersabda, “Sungguh Allah akan menanyai ini (makanan) nanti dipengadilanNya.”
Mata yang mulia itu menangis, berderai air mata karena mengingat akan nikmat Allah berupa makanan.
Apa yang sebenarnya dirasakan Rasulullah sehingga beliau menangis ketika mendapatkan makanan yang lezat disaat rasa lapar mendera?
Mungkin kita tidak akan pernah benar-benar bisa merasakan apa yang Rasul rasakan jika tidak pernah mengalami seperti apa yang Rasul alami, yakni ketiadaan makanan.
Mungkin yang Rasul rasakan adalah rasa syukur yang amat mendalam hingga dari sana lahir perasaan takut mengecewakan sang pemberi rizki yakni Allah SWT, takut kalau-kalau belum bisa mensyukuri nikmat Allah yang begitu besar berupa makanan.
Terkadang karena besarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita setiap hari berupa mudahnya kita mendapat makanan ketika lapar membuat kita lupa bahwa makanan yang ada dihadapan kita merupakan rizki dan karunia dari Allah swt, yang begitu besar.
Mari kita awali aktifitas kita hari ini dengan rasa syukur kepada Allah swt yang telah merizkikan makanan untuk kita sarapan dipagi ini.
Mungkin rumusan dari Imam Gazali bisa menjadi rujukan kita dalam mensyukuri nikmat Allah SWT.
Yang pertama dilakukan ketika mendapat nikmat adalah sadari dan akui bahwa nikmat ini datang dari Allah SWT.
Kedua puji Allah swt atas nikmat ini dengan lisan, dan yang ketiga gunakan nikmat Allah tersebut untuk beribadah kepada Allah.
Keempat jangan gunakan nikmat Allah tersebut untuk bermaksiat kepadaNya. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.