SEBAGAI manusia, Allah memberikan anugerah berupa air yang keluar dari kedua bola matanya. Air ini tidak semata-mata keluar begitu saja. Beningnya air itu akan keluar ketika ada sesuatu yang membuatnya keluar. Baik itu berupa kebahagiaan maupun kesedihan. Dan dengan tangis inilah, sebagai tanda kelemahan bahwa ia hanyalah manusia biasa.
Banyak orang laki-laki atau pun perempuan yang menangis. Akan tetapi bagaimana mereka menangis dan untuk siapa? Nabi SAW menangis padahal dunia ada di tangannya kalau seandainya beliau mau, dan surga ada di depannya, dan beliau berada di tingkat yang tertinggi. Ya, beliau menangis, akan tetapi tangis beliau adalah tangisnya orang yang beribadah.
Rasulullah SAW menangis ketika bermunajat kepada Tuhannya di waktu shalat dan ketika mendengar Al-Quran. Hal itu tidak lain karena kelembutan hatinya dan kebersihan batin dan mengenal keagungan Allah Azza wa Jalla serta takut kepada-Nya.
Dari Mutharrif dari bapaknya berkata, “Aku datang kepada Rasulullah SAW di waktu beliau sedang shalat, di dada beliau bersuara gemuruh seperti bunyi panci yang sedang mendidih karena menangis,” (HR. Abu Daud).
Dari Abdullah bin Mas’ud RA berkata, Rasulullah SAW berkata kepadaku, “Bacakanlah Al-Qurab untukku.” Aku berkata, “Wahai Rasulullah bagaimana aku membacakan untukmu sedangkan ia diturunkan kepadamu?” Beliau berkata, “Aku senang mendengarnya dari orang lain.” Maka aku membaca surat An-Nisa’ hingga sampai ‘Dan kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu),’ (QS. An-Nisa: 41). Maka, aku melihat kedua mata Nabi SAW berlinang,” (HR. Bukhari).
Dan perhatikan beberapa helai rambut putih yang nampak di kepada Rasulullah SAW dan sekitar delapan belas helai di jenggot beliau yang mulia. Pasang telinga baik-baik untuk mendengar dari lisan beliau sebab beberapa helai rambut tersebut memutih.
Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, engkau telah beruban!” Nabi SAW berkata, “Yang menjadikan aku beruban adalah surat Huud, Al-Waqiah, Al-Mursalat, Amma yatasa a’aluun dan Idzas syamsu kuwwirat,” (HR. Tirmidzi). []
Sumber: Suatu Hari di Rumah Rasulullah/Karya: Abdul Malik al Qasim/Penerbit: Daarul Qaasam