ABDURRAHMAN bin Abu Bakar merupakan lukisan nyata mengenai kepribadian Arab dengan segala kedalaman ilmunya. Sementara ayahnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah orang yang pertama kali beriman, sedangkan ia (anaknya) masih tenggelam dalam kemusyrikin. Ia sosok yang keras kepala dan kokoh dalam membela berhala-berhala jahiliyah.
Pada Perang Badar, ia tampil dalam barisan penyerang di pihak kaum musyrik. Di Perang Uhud, ia mengepalai pasukan panah yang dipersiapkan Quraiys untuk menghadapi kaum Muslimin. Sebelum kedua pasukan itu bertempur, terlebih dahulu seperti biasa diadakan duel. Abdurrahman maju ke depan dan meminta lawan dari pihak Muslim. Maka bangkitlah ayahnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq, siap melayani tantangan anaknya. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menahan sahabatnya itu dan menghalanginya melakukan duel melawan putranya sendiri.
BACA JUGA: Abu Bakar pun Memeluk Jasad Rasulullah
Namun, bagaimanapun hormatnya Abdurrahman kepada ayahnya, dan begitu percayanya ia akan kebesaran jiwa dan keluruhan budi sang ayah, ia tak terpengaruh oleh keislaman Abu Bakar. Ia masih saja teguh membela berhala-berhala Quraiys. Orang-orang seperti ini, tidak buta akan kebenaran, walaupun untuk mencapai hal itu diperlukan waktu yang lama.
Demikianlah, ketika Abdurrahman memeluk Islam dan kembali ke pangkuan agama yang haq, Abdurrahman berkata kepada ayahnya, “Pada saat perang Badar, engkau tampak di hadapanku sebagai target yang tepat (untuk dibunuh). Namun aku mundur untuk tidak membunuhmu.” Abu Bakar kemudian berkata padanya, “Seandainya engkau tampak di hadapanku, aku tidak akan mundur darimu melainkan akan membunuhmu.” (Tarikh Khulafa; Imam as-Suyuti, hlm. 94)
Namun ketika Abdurrahman memeluk Islam, bercahayalah wajah Abu Bakar melihat putranya itu ketika menyatakan baiat kepada Rasulullah. Sejak saat itu, Abdurrahman berusaha sekuat tenaga untuk menyusul ketinggalan-ketinggalannya selama ini, baik di jalan Allah maupun di jalan Rasulullah dan orang-orang Mukmin.
Pada masa Rasulullah dan para khalifah sesudah beliau, Abdurrahman tak ketinggalan dalam mengambil bagian dalam peperangan, dan tak pernah berpangku tangan dalam jihad fi sabilillah.
BACA JUGA: Buku Catatan Abu Bakar tentang Sikap, Perbuatan, dan Ucapan Rasulullah
Dalam Perang Yamamah yang terkenal itu, jasanya amat besar. Keteguhan dan keberaniannya memiliki peran besar dalam merebut kemenangan dari tentara Musailamah Al-Kadzab dan orang-orang yang murtad. Bahkan dialah yang berhasil menghabisi Mahkam bin Thufail, yang menjadi perencana bagi Musailamah. Dengan segala daya dan upaya ia berhasil mengepung benteng pertahanan mereka yang strategis.
Di bawah naungan Islam, sifat-sifat Abdurrahman bertambah tajam dan lebih menonjol. Kecintaan dan keyakinannya serta kemauan yang teguh untuk mengikuti agama yang haq telah mendarah daging dalam tubuhnya. []
Sumber: DR. Ahmad Hatta MA., dkk. Januari 2015. The Golden Story of Abu Bakar Ash-Shiddiq. Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka.