TARAWIH hari-hari ini dijalankan di rumah. Saya menghormati mereka yang masih melaksanakannya di masjid. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan memberikan keselamatan. So, tarawih di rumah, artinya jadi imam shalat, karena saya satu-satunya yang paling ganteng di sini, dan ga ada kata liburnya.
Tiga malam pertama, masih lancar jaya. Perbendaharaan surah masih aman di juz 30. Malam keempat, anak ketiga saya mulai mendeteksi banyak yang ga beres dengan bacaan Quran saya, karena melulu muter-muter aja di surah-surah yang itu.
Tengsin. Iyalah. Inilah dilema si 43 tahun: hafal 1 ayat, lupa 1 ayat lainnya. Masih mending 1 ayat, ini bisa jadi banyak banget lupanya. Guru saya bilang, kalau dalam urusan Quran, kita ini susah inget, cepet lupanya. It’s me.
Malam tadi, usai 11 rakaat, si 9 tahun bilang ke saya, “Ayah, ayah ga bisa menghapus masa lalu, tapi bisa memperbaiki masa depan. Ayo ayah belajar Quran lagi.”
Heeuu, kuping saya panas. Di antara penghuni rumah, saya emang paling parah soal hafalan Quran. Mungkin kebanyakan dosa. Kebanyakan aib. Kebanyakan memasukkan info selain Quran sewaktu muda dan kecil dulu.
Perkataan anak bungsu saya langsung bikin saya sadar; rencana mulai belajar bahasa Mandarin atau Korea tahun ini mungkin ga relevan dengan kebutuhan usia yang makin berkurang. Ramadhan ini, mulai lagi menghafal juz 30.
Ustadz saya juga bilang: kalau lupa, ya hafalkan lagi. Yang paling penting, jangan pernah meninggalkannya. []