SEBELUM kita melaksanakan kewajiban yakni shalat, dianjurkan agar kita berwudhu terlebih dahulu. Itu merupakan salah satu syarat sah shalat. Namun, berwudhu juga bisa kita lakukan kapan saja. Dengan kita berwudhu, Allah akan memerintahkan malaikat untuk menjaga kita.
Al-Faqih berkata: Abu Ja’far menceritakan kepada kami, Abu Ya’kub Ishaq bin Abdur Rahman Al-Qari’ menceritakan kepada kami, Abul Abbas Al-Fadl bin Al-Hakam An-Naisaburi menceritakan kepada kami, Yazid bin Abdullah menceritakan kepada kami, Ikrimah bin Ammar menceritakan kepada kami, Syaddad bin Abdullah Ad-Dimasyqa menceritakan kepada kami, Abu Umamah Al-Bahili menceritakan kepada kami, di mana ia berkata:
Saya bertanya kepada Amr bin Anbasah, “Kenapa kamu disebut orang yang keempat dalam Islam?” Ia menjawab, “Dahulu saya berpendapat bahwa manusia itu berada dalam kesesatan dan saya tidak percaya sama sekali terhadap berhala, kemudian saya mendengar seseorang yang memberitahukan tentang berita-berita Makkah, maka saya langsung berangkat ke Makkah, dan saat itu Rasulullah SAW masih sembunyi-sembunyi karena belum diterima dengan baik oleh kaumnya. Dengan sikap yang lemah lembut saya ke rumah beliau, (lalu terjadilah dialog seperti berikut):
BACA JUGA: Apakah Menyusui Membatalkan Wudhu?
“Saya bertanya: Siapakah kamu?” Beliau menjawab: “Aku seorang nabi.” Saya bertanya: “Apakah nabi itu?” Beliau menjawab: “Utusan Allah.” Saya bertanya: “Allah mengutus kamu?” Beliau menjawab, “Ya!” Saya bertanya: “Untuk apa Allah mengutus kamu?” Beliau menjawab: “Supaya kami mengesakan Allah dan tidak mempersekutukan-Nya denga sesuatu, menghancurkan berhala dan menyambung tali persaudaraan.”
Saya bertanya: “Siapakah yang bersama kamu dalam masalah ini?” Beliau bersabda: “Orang merdeka dan hamba sahaya” (waktu itu Abu Bakar dan Bilal sudah masuk Islam). Saya berkata: “(Bagaimana kalau) saya ikut kamu?” Beliau bersabda: “Saat ini kamu belum bisa, tetapi kembalilah kamu kekeluargamu (ke rumahmu), dan nanti bila kamu mendengar aku telah berhasil, maka datanglah kepadaku.”
Kemudian saya kembali ke keluargaku dna saya telah masuk Islam,” maksudnya waktu itu orang-orang Islam baru empat orang. (‘Amr berkata): “Rasulullah saw. pergi berhijrah ke Madinah. Saya menemui beliau dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau mengenal saya?’
Beliau bersabda, ‘Ya, bukankah kamu yang datang kepadaku di Makkah?’ Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku apa yang Allah Ta’ala ajarkan kepadamu.’ Beliau bersabda, ‘Apabila kamu telah selesai shalat subuh, maka berhentilah dari shalat sampai matahari terbit, dan apabila matahari terbit, janganlah kamu mengerjakan shalat sampai matahari naik, sebab pada saat itu matahari terbit di antara dua tanduk setan, dan ketika itu orang-orang kafir bersujud kepadanya.
Apabila matahari itu sudah terbit kira-kira satu atau dua tombak, maka shalatlah karena shalat (pada saat itu) disaksikan dan dihadiri (malaikat) sampai bayangan tombak persis di bawahnya (matahari tepat di atas kepala), maka berhentilah dari shalat karena saat itu neraka Jahannam sedang menyala.
Apabila bayangan telah condong, maka sesungguhnya shalat (pada saat itu) disaksikan dan dihadiri (malaikat) sampai kamu mengerjakan shalat ‘ashar. Apabila kamu elah mengerjakan shalat ‘ashar, maka berhentilah dari shalat sampai matahari terbenam, karena pada saat itu matahari terbenam di antara dua tanduk setan, dan pada saat itu orang-orang kafir sujud kepadanya.’
Saya berkata, ‘Wahai Nabiyullah, beritahukanlah kepadaku tentang wudhu.’ Beliau bersabda, ‘Tiada salah seorang di antara kamu yang menyiapkan wudhunya, kemudian ia berkumur, menghirup air ke hidung dan mengeluarkannya, melainkan dosa-dosa mulut dan hidungnya keluar bersama-sama dengan air, ketika ia mengeluarkan air itu; kemudian ia membasuh mukanya, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala melankan dosa-dosa mukanya keluar bersama-sama dengan air;
BACA JUGA: Apakah Suami Istri Bersentuhan Membatalkan Wudhu?
Kemudian ia membasuh tangannya sampai kedua siku, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala, melainkan dosa-dosa kedua tangannya itu keluar dari ujung jari-jarinya; kemudian ia mengusap kepalanya sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala, melainkan dosa-dosa kepalanya keluar dari ujung-ujung rambutnya bersama-sama dengan air;
Kemudian ia membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki, sebagaimana yang diperintahkan Allah Ta’ala, melainkan dosa-dosa kedua kakinya itu keluar dari ujung jari-jari kakinya bersama-sama dengan pujian yang biasa ia ucapkan, kemudian ia mengerjakan shalat dua rakaat, melainkan ia terhindar dari dosa-dosanya seperti pada saat ia dilahirkan oleh ibunya’.”
Al-Faqih berkata: Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja’far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Isma’il bin Ja’far menceritakan kepada kami dari Al-‘Ala’ bin Abdur Rahman dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Nabi saw. bersabda:
“Maukah kamu aku tunjukkan suatu perbuatan yang karenanya Allah Ta’ala menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat?” Para sahabat menjawab: “Tentu wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda: “Menyempurnakan wudhu pada musim dingin, sabar atas apa-apa yang tidak disenangi (penderitaan hidup), memperbanyak langkah ke mesjid, dan menunggu shalat sesudah (mengerjakan) shalat, maka itulah ribath (pertahanan dari musuh).”; ada yang mengatakan bahwa keutamaannya sama dengan keutamaan orang yang berada di garis depan dalam berjuang pada jalan Allah).
Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dengan sanadnya dari Abdullah bin Salman, di mana ia berkata: “Saya menemukan di dalam sebagian apa yang telah di turunkan oleh Allah Ta’ala bahwa barang siapa yang selalu berwudhu dari tiap-tiap berhadats dan tidak suka masuk ke tempat-tempat istrinya di dalam rumahnya dan tidak berusaha yang tidak halal, maka ia diberi rezeki kekayaan tanpa bisa diperkirakan.”
Abu Hurairah ra. meriwayatkan dari Nabi saw., bahwasanya beliau bersabda:
“Barang siapa yang tidur dalam keadaan suci dalam selimut yang suci, maka ia bermalam bersama-sama dengan malaikat di dalam selimutnya, maka setiap kali ia bangun di waktu malam, malaikat itu berdo’a, ‘Wahai Allah, ampunilah hamba-Mu Fulan karena ia tidur dalam keadaan suci’.”
Dari Imran bin Abban, bahwasanya ia berkata: Saya melihat Utsman bin Affan ra. berwudhu, di mana ia menuangkan air ke atas dua tangannya lalu mencuci tiga kali, kemudian berkumur dan menghirup air ke hidung tiga kali, kemudian membasuh mukanya tiga kali, lalu membasuh tangan kirinya tiga kali, kemudian mengusap kepalanya, kemudian membasuh kedua kakinya tiga kali.
BACA JUGA: Manfaat Wudhu, Mulai dari Refleksi Syaraf hingga Penghapus Dosa
Lantas Utsman berkata, “Saya melihat Rasulullah saw. berwudhu seperti wudhuku ini dan beliau bersabda, ‘Barang siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian ia mengerjakan shalat dua rakaat, hatinya tidak tergoda degan sesuatu urusan dunia di dalam shalat, maka diampunilah dosanya yang telah lewat dan yang akan datang’.”
Tsauban meriwayatkan dari Rasulullah saw., bahwasanya beliau bersabda:
“Beristiqamahlah kamu (dalam beramal) dan kamu tidak akan bisa menghitung (banyaknya pahala). Ketahuilah bahwa amal perbuatanmu yang paling baik adalah shalat; dan tidak bisa menjaga untuk selalu berwudhu kecuali orang yan beriman.”
Oleh karena itu, setiap mukmin hendaknya selalu berada dalam keadaan wudhu (suci) sepanjang hari dan tidur di waktu malam pun, juga dalam keadaan wudhu, karena ia bisa mengerjakan yang demikian itu, maka ia akan dicintai Allah dan malaikat penjaga, dan ia akan selalu berada dalam lindungan Allah Ta’ala.
Al-Faqih berkata: Saya mendengar ayahku bercerita dengan sanadnya yang panjang, di mana ia berkata, “Bahwasanya Umar bin Al-Khaththab mengutus salah seorang dari sahabat Nabi saw. ke Mesir untuk mengambil kiswah (kelambu) ka’bah, dan ia berhenti di daerah Syam, menginap di sebelah biara pendeta yang paling pandai, lalu utusan Umar itu ingin bertemu dengannya dan mendengarkan ilmu daripadanya. Ketika utusan itu mengetuk pintu, lama tidak dibukakan.
Setelah dibukakan pintu dan masuk, utusan itu bertanya kepadanya kenapa ia tidak segera membukakan pintu, maka jawabnya, ‘Ketika kami lihat kamu datang ke sini, kami melihat kamu berwibawa seperti raja; kami merasa takut dan oleh karena itulah, kami membiarkan kamu agak lama di depan pintu, karena Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Musa as.:
“Wahai Musa, jika kamu merasa takut kepada raja, maka berwudhulah dan perintahkan kepada keluargamu untuk berwudhu karena siapa yang berwudhu, maka ia berada dalam perlindungan-Ku terhadap apa yang ia takutkan.”
Jadi, tadi sewaktu kamu menunggu di depan pintu, saya dan semua anggota keluarga berwudhu dan mengerjakan shalat, sehingga rasa takut hilang; kemudian baru kami membukakan pintu untuk kamu’.”
Al-Faqih mengatakan hendaknya orang yang berwudhu itu, berwudhu dengan penuh rasa hormat, dan menyadari bahwa ia hendak menghadap kepada Tuhannya Yang Maha Agung lagi Mulia. Ia hendakya bertobat dari semua dosa, karena Allah Ta’ala menjadikan bersuci dengan air itu sebagai tanda menyuci dosa-dosanya.
Ia hendaknya memulai wudhunya dengan menyebut nama Allah. Bila ia berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung berate ia membasuh mulutnya dari gunjingan dan dusta seperti membasuhnya dengan air.
Bila ia membasuh muka, maka ia berarti membasuhnya dari pandangan yang haram; demikian juga pada anggota-anggota badan yang lain. Apabila ia telah selesai mengerjakan wudhu, hendaknya ia berdo’a dan membaca tasbih kepada Allah. Diriwayatkan dalam salah sebuah hadis:
BACA JUGA: Wudhu, Inilah 5 Hal yang Dimakruhkan
“Sesungguhnya seseorang yang beriman itu apabila selesai dari wudhunya kemudian mengucapkan: Subhanakallahumma wa bi hamdika asyhadu allaa ilaaha illaa anta astagfiruka wa atuubu ilaiik, (“Maha suci Engkau wahai Allah dan dengan memuji kepada-Mu.
Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Engkau, saya mohon ampun dan bertobat kepada-Mu.”) Maka ditutup dengan tutup yang kuat lantas diletakkan d bawah ‘arasy, dan tidak dibuka, sehingga nanti pada hari kiamat diserahkan kepadanya.”
Uqbah bin Amir meriwayatkan dari Umar bin Al-Khaththab ra., bahwasanya Nabi saw. bersabda:
“Apabila salah seorang di antara kamu selesa dari wudhunya, maka hendaknya ia mengucapkan: Asyhadu allaa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lahu wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh, (“Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah yang Esa, yang tiada sekutu bagi-Nya; dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”) Maka dibukakan baginya delapan pintu surga, di mana ia boleh masuk dari pintu mana yang ia sukai.”
Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, Ibrahim bin Nashr menceritakan kepada kami, Muhammad bin Mas’adah Al-Mawarzi menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Abdul Majid dari Imran Al-Qaththan dari Qatadah dari Khalid Al-Qashri dari Abud Darda ra., di mana ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Ada lima hal yang barang siapa nanti pada hari kiamat membawanya dengan penuh rasa iman, maka ia masuk surga, (yaitu):
1. Orang yang menjaga shalat yang lima tepat pada waktunya, dengan wudhunya, rukuknya dan sujudnya (yang sempurna);
2. Orang yang menunaikan zakat dari hartanya dengan senang hati. Kemudian beliau bersabda: Demi Allah, tidak bisa mengerjakan yang demikian itu kecuali orang yang beriman;
3. Orang yang berpuasa pada bulan ramadhan;
4. Orang yang berhaji ke Baitullah apabila ia mampu mengadakan perjalanan ke sana;
5. Orang yang menunaikan amanah.
Orang-orang yang berada di situ bertanya: “Wahai Abud Darda, apakah amanah itu?” Ia menjawab: “Mandi jinabat; karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengamanatkan sesuatu kepada manusia dari urusan agamanya selain itu.”
BACA JUGA: Wudhu Sebelum Tidur, Ini 7 Manfaatnya
Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, Abul Hasan Muhammad bin Jamm di Samarkand menceritakan kepada kami, Muhammad bin Isma’il Al-Makki menceritakan kepada kami, Abu Usamah menceritakan kepada kami, Abu Zaman menceritakan kepada kami dari Abul Fadla’il At-Taimi dari Abu Zar’ah dari Abu Hurairah ra., dimana ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepada Bilal setelah selesai mengerjakan shalat shubuh:
“Ceritakanlah kepadaku, amalan istimewa apa yang kamu kerjakan dalam Islam, karena tadi malam aku mendengar suara sandalmu di dalam surga.” Bilal berkata, “Saya tidak mengerjakan suatu amalan yang istimewa dalam Islam.
Menurut saya, hanya saja setiap saya bersuci baik di waktu malam maupun siang, saya selalu mengerjakan shalat kepada Tuhanku sesuai dengan kemampuanku.” Dalam riwayat yang lain disebutkan, “Saya tidak pernah bersuci melainkan langsung bersuci lagi, dan saya tidak bersuci melainkan langsung mengerjakan shalat dua raka’at.” Wallaahu ‘alam. []
Sumber: Terjemah Tanbihul Ghafilin/Karya: Abu Laits As Samarqandi/Penerbit: PT Karya Toha Putra Semarang