IMAM Ghazali juga menerangkan bahwa kata “Mahabbah” (kecintaan) berasal dari kata “Hubb” yang mempunyai asal kata “Habb” dan berarti biji atau inti. Sebagian ahli tasawuf menjelaskan bahwa hubb adalah awal sekaligus akhir dari perjalanan keberagamaan.
Mungkin banyak yang mengalami perbedaan dalam menjalankan syariat disebabkan perbedaan mazhab atau karena perbedaan ijtihad. Namun, rasa cinta kepada Allah Swt adalah kekuatan yang bisa menyatukan perbedaan-perbedaan tersebut.
Ada satu kisah, sewaktu masih kecil, Husein (cucu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam) pernah bertanya kepada ayahnya, yaitu Ali bin Abi Thalib, ‘Apakah engkau mencintai Allah?”
BACA JUGA: Saat Ali bin Abi Thalib Dirajuk Aqil
Ali RA menjawab, “Ya.”
Lalu Husein bertanya lagi, “Apakah engkau mencintai kakek dari Ibu?”
Ali RA menjawab, “Ya.”
Husein bertanya lagi, “Apakah engkau mencintai Ibuku?”
Ali RA pun menjawab, “Ya.”
Husein kecil kembali bertanya, “Apakah engkau mencintaiku?”
Ali RA menjawab, “Ya.”
Husein kecil yang masih polos itu mengajukan pertanyaan terakhir, “Ayahku, bagaimana engkau menyatukan begitu banyak cinta di hatimu?”
BACA JUGA: 7 Nasihat Ali bin Abi Thalib
Kemudian Ali RA menjelaskan, “Anakku, pertanyaanmu hebat! Cintaku pada kekek dari ibumu (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam), ibumu (Fatimah RA) dan cintaku kepada engkau adalah karena cintaku kepada Allah Swt.”
Karena sesungguhnya semua cinta itu merupakan cabang-cabang dari cinta yang utama yaitu cinta kepada Allah Swt. Setelah mendengarjawaban dari ayahnya itu, Husein jadi tersenyum mengerti. []
Sumber: Cintai Allah Sepenuh Hati/Karya: Abdullah Gymnastiar/Penerbit: Emqies/2014