HARI itu Rasulullah ﷺ sedang berada di bilik sederhana sang istri tercinta, ‘Aisyah binti Abu Bakar Al-Shiddiq, yang terkenal cerdas, lincah, dan memiliki spontanitas yang mengagumkan, di samping fasih berbicara dan berkarakter kuat sebagai hasil didikan Bani Makhzum, salah satu marga terkemuka di kalangan suku Quraisy.
Setelah memperbincangkan berbagai hal, putri khalifah pertama dalam sejarah Islam itu bertanya kepada sang suami tercinta yang langka bandingannya, “Wahai Rasul! Apakah engkau pernah mengalami luka yang lebih parah daripada luka dalam Perang Uhud?”
BACA JUGA: Malaikat Penyiksa, Siapa Dia?
“‘A’isyah!” jawab Rasulullah ﷺ kepada sang istri yang usianya lebih muda sekitar empat puluh lima tahun dengan beliau. “Sungguh, aku pernah mengalami penyiksaan oleh kaummu. Penyiksaan yang paling pedih kualami terjadi pada peristiwa ‘Aqabah. Kala itu aku mendatangi lbn ‘Abd Yalil bin ‘Abd Kulal. Namun, dia tidak mengacuhkan apa yang kuinginkan. Lalu, dengan gundah, aku berlalu. Setibanya di Qarn Al-Tsa’alib, kuangkat kepalaku ke atas. Tiba-tiba aku melihat Jibril di situ.
Dia memanggilku dan mengatakan, ‘Sungguh, Allah Swt. mendengar ucapan kaummu kepada-mu dan jawaban mereka kepadamu. Karena itu, Allah mengutus kepadamu malaikat yang mengurus gunung untuk diperintahkan menyiksa kaummu sesuai dengan kehen-dakmu.’
“Maka, malaikat yang mengurus gunung itu mendatangiku dan menyapaku, dan selepas mengucapkan salam kepadaku, dia berkata, ‘Wahai Muhammad! Sungguh, Allah mendengar ucapan kaummu. Aku adalah malaikat yang mengurus gunung. Aku diperintahkan oleh Tuhanmu untuk mengurus gunung. Aku diperintahkan oleh Tuhanmu untuk mendatangimu agar melaksanakan apa yang engkau perintahkan kepadaku. Lalu, apa yang engkau kehendaki? Kalau engkau mau, aku akan membenturkan dua gunung ini kepada mereka!’
BACA JUGA: Tatkala Hasan dan Husain Tidur di Bawah Naungan Sayap Malaikat
‘Aku justru berharap agar Allah memunculkan, di antara anak keturunan mereka, orang-orang yang beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun,’ jawabku.”
Usai bertutur demikian, Rasulullah ﷺ kemudian menikmati rehat bersama istri tercinta yang terkenal sangat cemburu dengan Khadijah binti Khuwailid, istri pertama beliau. []
Sumber: Mutiara Akhlak Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam: 100 Kisah Teladan tentang Iman, Takwa, Sabar, Syukur, Ridha, Tawakal,Ikhlas, Jujur, Doa, dan Tobat/Karya: Ahmad Rofi Usmani/Penerbit: Mizania/2006