ABDULLAH bin Amr r.a. bercerita, “Kami sedang berada di kediaman Rasulullah ﷺ. Lantas, seorang lelaki dusun datang mengenakan jubah Sihan berkancing sutra tebal.
Dia berkata, ‘Ingatlah bahwa kawan kalian itu (maksudnya, Nabi ﷺ) telah merendahkan setiap tentara berkuda putra tentara berkuda.’
Atau, dia berkata, ‘Dia hendak merendahkan setiap tentara berkuda putra tentara berkuda dan meninggikan setiap gembala putra gembala.’
BACA JUGA: 12 Fakta Bahtera Nabi Nuh
Lantas, Rasulullah ﷺ menarik jubahnya dan bersabda, ‘Aku tidak ingin melihatmu mengenakan pakaian orang yang tidak berakal.’
Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya tatkala Nabi Allah Nuh a.s. menjelang kematiannya, dia berkata kepada putranya, ‘Aku akan menyampaikan wasiat yang harus kautunaikan, aku menyuruhmu dua hal dan melarangmu dari dua hal.
“Aku menyuruhmu berucap la ilaha illallah, karena seandainya ketujuh langit dan ketujuh bumi diletakkan di satu telapak tangan, sementara la ilaha illallah diletakkan di satu telapak tangan lainnya, niscaya yang lebih berat adalah la ilaha illallah, dan andaikan ketujuh langit serta ketujuh bumi merupakan rantai yang rapat, niscaya ia akan putus oleh la ilaha illallah.
“Dan, ucapkanlah subhanallahi wa bihamdih, karena dengannya segala sesuatu terjalin dan dengannya makhluk diberi rezeki. Dan, aku melarangmu dari al-syirk (kemusyrikan) dan al-kibr (kesombongan).’
Lantas, ada yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengenai al-syirk kami sudah tahu. Namun, apakah itu al-kibr? Apakah itu jika masing-masing kami memiliki sepasang sandal yang bagus dan sepasang tali sepatu yang bagus?’
Beliau menjawab, ‘Bukan.’
Orang itu bertanya, ‘Apakah itu jika masing-masing kami memiliki jubah (hullah)?’
Beliau menjawab, ‘Bukan.’
Orang itu bertanya lagi, ‘Apakah itu jika masing-masing kami memiliki hewan tunggangan?’
Beliau menjawab, ‘Bukan.’
Orang itu bertanya lagi, ‘Apakah itu jika masing-masing kami memiliki murid-murid yang duduk menghadap?’
BACA JUGA: Kita Bukanlah Rasulullah
Beliau menjawab, ‘Bukan.’
Lalu, ada yang bertanya, `Wahai Rasulullah, lantas apakah al-kibr itu?’
Beliau menjawab, ‘Menampik kebenaran dan merendahkan orang.’”
Kisah itu menjelaskan bahwa seorang Arab dusun (Badui) datang menemui Nabi ﷺ dengan mengenakan pakaian yang bercampur kain sutra dan menampakkan sikap sombong.
Dia merasa bangga dengan pakaian dan kekuatannya. Maka, Nabi ﷺ menarik jubahnya, dalam rangka menyalahkan sifat sombong dan rasa bangganya.
Sekaligus, mengingatkannya tentang keutamaan tawadu dan kecaman terhadap kesombongan. []
Sumber: Dialog Malaikat Maut dengan Para Nabi a.s./Karya: Dr. Mustofa Murod/Penerbit: Noura books/2014