DALIL -dalil tentang taubat
Dalil Al-Qur’an
Allah ta’ala berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An Nur: 31)
Allah subhanahu wata’ala juga berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai” (QS. At Tahrim: 8)
Dalil Hadits tentang Taubat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah, karena aku bertaubat seratus kali dalam sehari.’ (HR. Muslim nomor 2702)
Syarat Taubat
Imam Nawawi dalam kitabnya yang masyhur Riyadhus Shalihin menjelaskan bahwa seorang diterima taubatnya ketika memenuhi 3 syarat, diantaranya,
1. Merasa menyesal karena telah melakukan kemaksiatan.
2. Hendaklah menghentikan sama sekali -seketika itu juga- dari kemaksiatan yang dilakukan.
3. Berniat tidak akan kembali mengulangi perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya.
Namun ketiga syarat tersebut berlaku untuk dosa yang berhubungan dengan Allah. Sedangkan jika berhubungan dengan manusia maka syarat terakhir adalah melepaskan tanggungan itu dari hak orang yang ia rugikan atau zhalimi.
BACA JUGA: 5 Syarat Taubat Nasuha
Sudah tidak diragukan lagi tentang keutamaan taubat dan istighfar. Karena akan membuka pintu kebaikan yang lain. Hingga hal yang dibaca pertama kali setelah sholat adalah memohon ampun.
Seorang lelaki bertanya kepada Ibnu al-Jauzi “Manakah yang lebih utama bertasbih kepada Allah atau beristigfar kepadaNya? Maka ia menjawab “pakaian kotor lebih butuh pada sabun daripada minyak wangi”
Memohon ampunan Allah adalah lebih utama daripada bertasbih kepadaNya. Perbanyaklah istighfar sebelum melakukan kebaikan karena hati yang melakukan kemaksiatan akan sulit melakukan ketaatan.
Setiap maksiat yang dilakukan akan menjadi penghalang untuk mendapatkan berbagai kebaikan. Seperti terhalangnya doa, dari mendapatkan keberkahan atau dalam menjalankan ketaatan. Ibarat minyak dan air tidak akan pernah bisa disatukan. Maka sucikan terlebih dahulu dengan istighfar.
Kesalahan dalam Taubat:
Hanya memohon ampun atas dosa yang diingat saja, tapi melalaikan dosa yang tidak disadari/ lupa.
Makanya Rasulullah mengajarkan sebuah doa memohon ampun atas semua dosa.
اللهم اغفرلى ذنبى كله دقه و جله واوله و آخره وعلانيته و سره
Allahummaghfirli dzanbi kullah, diqqahu wa jullah, wa awwalahu wa akhirah, wa ‘alaniyatahu wa sirrah.
Ya Allah, ampunilah aku dari segala dosa baik kecil maupun besar, awal maupun akhir, dan dosa yang terang-terangan maupun yang tersembunyi.”
Selain itu, tidak berniat sungguh-sungguh untuk meninggalkan dosa tersebut. Artinya masih meragukan bahwa dirinya mampu meninggalkan dosa-dosa lamanya.
Padahal tugasnya hanya berniat sungguh-sungguh (tanpa mempermainkan/ berniat untuk melakukan kembali) terlepas apakah ia akan kembali terjebak melakukan dosa yang sama.
Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa jika seseorang tidak bisa merasakan manisnya iman, cahaya hidayah hendaknya memperbanyak taubat dan istighfar.
Begitupun menurut Ibnu Qayyim bahwa dosa itu seperti racun, taubat sebagai penawar/ obat serta ketaatan sebagai kesehatan dan keselamatan.
Ibnu Rajab berkata, ” Jika tidak bisa bersaing dengan orang sholeh dalam ibadahnya maka bersainglah dengan pendosa dalam taubat dan istighfarnya”
Taubat hukumnya adalah wajib.
Cara bertaubat
Tunjuklah diri sendiri, semua keburukan bisa terjadi karena akibat dosa sendiri dan bertaubatlah memohon ampun kepada Allah.
Firman Allah Ta’ala,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)
Belajar dari perjalanan Nabi Yunus ‘alaihissalam, tak ada cara tawassul (mengambil perantara/ wasilah agar permohonannya dikabulkan) yang paling jitu kecuali dengan mengesakan (tauhid) dan menyucikan/ memuji Allah serta menetapkan dan mengakui dosa-dosanya yang telah menzalimi dirinya sendiri. Doa penyesalan beliau diabadikan dalam Al-Qur’an.
لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Artinya: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya:87)
Juga disebutkan bagaimana penyesalan Nabi Adam ‘alaihissalam, ditandai dengan kalimat pengakuan kezaliman yang beliau lakukan.
رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
Artinya: “Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Al-A’raf: 23)
Lakukanlah sholat taubat 2 rakaat, kemudian perbanyaklah istighfar dan sholawat. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita.
BACA JUGA: Taubat Seorang Hamba
Kebiasaan ulama terdahulu selalu introspeksi diri dari apa yang mereka alami. Karena dampak dosa bukan hanya untuk diri sendiri tapi kepada orang sekitar.
Guru Imam Syafi’i, Fudhail bin Iyyadh rahimahullah berkata:
إني لأعصي الله فأعرف ذلك في خلق حماري وخادمي وامرأتي وفأر بيتي.
“Sungguh aku benar-benar bermaksiat kepada Allah lalu aku mengetahui hal itu berakibat pada berubahnya perilaku keledai tungganganku (kendaraan), pembantuku, istriku, dan munculnya tikus di rumahku.”
(Al-Bidayah wan Nihayah, jilid 1 hlm. 215)
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam sebagai orang yang ma’sum yang dibersihkan Allah dari dosa saja selalu memohon ampun kepada Allah (beristighfar) 100 kali dalam sehari. Bagaimana dengan kita?
Wallahu a’lam bi showab. []