WANITA itu bernama Hindun binti Utbah. Ia merupakan seorang wanita yang dikenal dengan julukan ‘Akilatul Kidbah’ atau si pemakan hati.
Ketika perang Uhud, Hindunlah yang telah merobek perut dan dada Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah. Dia memakan hati Hamzah karena dendam kesumat terhadap Hamzah karena telah membunuh suaminya di perang Badar. Dendam kesumat mengubahnya menjadi wanita jahat dan bengis.
BACA JUGA: Kisah Bai’at Hindun binti ‘Utbah yang Sombong
Dua puluh tahun kemudian, semua berubah. Kaum Muslim yang dahulu terpukul mundur kini menjadi kekuatan besar yang sulit dikalahkan.
Hari itu tanggal 10 Ramadhan 8 H/630 M, Rasulullah bersama pasukannya merangsek masuk ke Makkah. Para panglima besar Islam, yakni Khalid bin Walid, Zubair bin Awwam, Abu Ubaidah bin Jarrah memimpin pasukan masing-masing. Peristiwa tersebut kemudian dikenal dengan ‘Fathu Makkah’ atau penaklukan kota Makkah.
Perintah Rasulullah dalam menaklukkan kota Makkah berawal dari pengkhianatan kaum Quraisy terhadap perjanjian Hudaibiyah.
Abu Sufyan bin Harb, berkali-kali meminta maaf kepada Rasulullah dan para sahabat atas pelanggaran perjanjian tersebut. Namun, tak ada seorang pun yang mau menerima. Karena kondisi terdesak Abu Sufyan menyatakan diri masuk Islam. Ia pun akhirnya mendapatkan ampunan dan perlindungan.
Abu Sufyan datang ke Makkah dan mengabarkan kepada orang-orang tentang keislamannya serta mengabarkan kepada orang-orang tentang kedatangan Rasulullah dan pasukannya. Ia mengingatkan orang-orang untuk masuk Masjid, masuk ke rumahnya, atau masuk ke rumah masing-masing jika ingin selamat. Hindun sangat marah tatkala mengetahui suaminya Abu Sufyan masuk Islam.
Sekalipun suaminya telah masuk Islam, namun Hindun dengan sombongnya belum mau memeluk Islam padahal saat itu dia berada dalam ketakutan. Takut Rasulullah menuntut balas atas kematian pamanya Hamzah bin Abdul Muthalib.
Namun pada hari kedua Fathu Makkah, Hindun yang semula begitu sombong dan angkuh, akhirnya luluh. Ia mengatakan kepada suaminya ingin bergabung dengan Islam.
“Mengapa engkau tiba-tiba ingin bergabung bersama Rasulullah?” tanya Abu Sufyan.
“Aku kagum dengan kaum Muslim. Belum pernah aku saksikan kota Makkah penuh dengan ribuan orang yang rukuk dan bersujud,” jawab Hindun.
BACA JUGA: Dendam Membara Hindun binti Utbah
Maka, bersama kaum wanita lainnya, Hindun datang kepada Rasulullah untuk berbaiat. Melihat raut wajah Rasulullah yang teduh dan tanpa dendam, Hindun mengungkap siapa dirinya.
Hindun berlega hati. Ia mengikuti baiat untuk tidak berbohong, tidak berzina, tidak menyelisishi Rasulullah dan tidak berkhianat. Sejak hari itu, Hindun resmi menjadi mualaf.
Hindun membuang semua masa jahiliyahnya dengan sungguh-sungguh ia menjadi wanita yang taat kepada aturan Allah serta banyak melakukan shalat, zakat, bersedekah, shalat malam. Tak lama setelah ia masuk Islam Rasulullah wafat. Hindun sangat terpukul, sebab ia merasa belum seberapa menghapus segala keburukan yang ia lakukan terhadap beliau dan umat Islam.
Sumber: 77 Cahaya Cinta di Madinah/ Penulis: Ummu Rumaisha/Penerbit: Al-Qudwah Publishing/ Februari, 2015