TAWAKAL
Pernahkah kita merasa buntu dan merasa tidak sanggup melalui sebuah episode kehidupan kita?
Padahal kita lupa ternyata selama ini tak ada satu episode pun yang tidak berhasil dilewati. Karena tak ada episode seseorangpun yang diskenariokan Allah melainkan pasti bisa dilaluinya.
Manusia hanya butuh kuncinya supaya mendapatkan pahala dan keberkahan dalam menjalaninya. Yakni tawakal. Mewakilkan, menyerahkan atau mempercayakan urusannya hanya kepada Allah.
Bukankah kita akan aman jika urusan kita diwakilkan kepada orang terpercaya. Bagaimana bila urusan tersebut langsung diserahkan kepada yang maha terpercaya dan maha penjamin?
Contoh,
Pernahkah kita melihat seorang ibu dengan anak 10 justru lebih enjoy dan bahagia dibanding seorang ibu yang beranak semata wayang tapi tiap hari stres menghadapi anaknya?
Atau ada orang yang tidak punya harta tapi berani menyantuni ribuan anak yatim dan dhuafa?
Di sisi lain kita saksikan seorang yang cacat fisik dan mental, bahkan lumpuh otak tapi bisa menjadi Hafizh Qur’an 30 juz?
Secara logika manusia rasanya tak masuk akal. Tapi saat mindset itu diganti menjadi yakin bahwa Allah yang berkuasa atas segala sesuatu dan Maha Penolong maka Allah akan sesuai dengan prasangka hambaNya. Seperti itulah tawakal kepada Allah yang hanya bisa dimiliki oleh orang yang beriman.
Sederhananya tawakal itu meyakini matematika Allah. Berbicara perkara yang terkadang yang tidak masuk akal atau terjangkau oleh manusia (matematika manusia).
Secara matematika manusia, umroh itu harus punya banyak uang, ternyata Allah justru tunjukkan bahwa semua terjadi karena Allah yang Maha berkehendak. Seorang pedagang gorengan bisa menunaikan haji dan umroh tapi di sisi lain orang yang memiliki uang berlimpah ternyata belum bisa berangkat.
Pengertian Tawakal
Tawakal berasal dari kata wakala yakni mewakilkan.
Secara istilah artinya tawakkul yakni menyerahkan urusan.
Sedangkan secara Syara’ tawakal adalah menyerahkan urusan hanya kepada Allah.
Dalil Tawakal
…….
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
…Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (QS. Ali Imran: 159)
BACA JUGA: Doa Tawakal kepada Allah
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا
dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu. (QS. Ath-Thalaq:3)
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Akan masuk surga orang – orang yang mempunyai hati seperti burung (hati yang selalu takut/ khawatir dan penuh tawakal)” (HR muslim)
” Andaikata kalian benar benar bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung, yaitu keluar dengan perut kosong di pagi hari dan kembali dengan perut kenyang di sore hari ” (HR. At-Tirmidzi)
4 PONDASI TAWAKKAL
Hatim Al-Ashom rahimahullaahu ta’ala berkata: “Tawakal dibangun di atas 4 hal, yaitu:
تعلمت أن رزقي لا يأكله غيري، فاطمأنت به نفسي
1. Aku yakin bahwa rezekiku tidak akan dimakan oleh orang lain, maka tenanglah hatiku.
وعلمت أن عملي لا يعمله غيري؛ فأنا به مشغول
2. Aku yakin bahwa amalanku tidak akan dikerjakan oleh selain diriku, maka aku menyibukkan diri dengan amalan tersebut.
وعلمت أن الموت يأتي بغتة، فأنا أبادره
3. Aku yakin bahwa kematian datang dengan tiba-tiba, maka aku fokus untuk mempersiapkan kehadirannya.
-وعلمت أني لا أخلو من عين الله، فأنا مستحي منه.
4. Aku yakin bahwa aku tidak akan luput dari pengawasan Allah, maka aku pun malu (berbuat maksiat) terhadap-Nya.
(Siyar A’lam An-Nubala 11/485)
Macam -macam Tawakal
Tawakal terbagi 3,
@ tawakal dengan hati yakni full menyerahkan urusan kepada Allah tanpa ada keraguan sedikitpun. Karena ia yakin bahwa janji Allah pasti dan Allah tidak pernah menyalahi janjiNya.
@ Tawakal dengan lisan yakni ungkapan doa atau dzikir yang menunjukkan tawakal seseorang kepada Allah. Seperti bismillahi tawakaltu alallah, la haula wala quwwata illa Billah, iyyaa kana’budu wa Iyyaka nasta’in, hasbunallah wanikmal wakil dan lisan yang menunjukkan bahwa butuhnya seseorang dengan pertolongan Allah.
Lisan harus sinkron dengan hati, jangan sampai saat lisan berucap hanya kepada Allah berharap tapi ternyata hati masih berharap kepada manusia. Hanya kepada Allah menyerahkan urusan, tapi masih ada kata ” tapi”, “nanti bagaimana”, “gak mungkin” dan kalimat senada yang mengindikasikan keraguan kepada Allah.
@ Tawakal dengan perbuatan yakni mengupayakan ikhtiar dan usaha secara optimal untuk setiap urusan yang dibarengi dengan hati dan doa.
Sebagaimana Rasulullah memerintahkan seseorang untuk berusaha menambatkan untanya terlebih dahulu baru kemudian bertawakal.
Bismillah dalam ilmu bahasa Arab terdapat huruf ب isti’anah. Yakni bermaksud meminta pertolongan kepada Allah. Dengan bismillah Allah akan berkahi dan mudahkan setiap urusan. Sedangkan amalan yang tidak dimulai basmalah maka akan terputus keberkahannya.
Keberkahan adalah langgengnya dan bertambahnya kebaikan, luasnya waktu- bisa melakukan banyak hal dalam waktu yang singkat dan terbatas.
Manusia itu bertingkat-tingkat. Ada kategori baik, tapi ada kategori yang lebih dari sekedar baik yakni istimewa. Sebagaimana surga pun Allah berikan bertingkat tingkat. Sesuai dengan kadar ketaqwaan seseorang.
Begitupun dengan tawakal, tingkatannya berbeda-beda sesuai dengan keimanan. Ada yang full atau penuh tawakalnya, ada yang separuh masih meragukan janji Allah dan ada yang tidak bertawakal sama sekali kepada Allah. Yang ketiga ini bisa berpotensi stress bahkan depresi.
Manusia punya rencana tapi rencana Allah yang akan terjadi. Maka tugas manusia adalah berdoa, ikhtiar dan tawakal. Baik untuk urusan rezeki, kesembuhan, ancaman orang, dalam beramal atau yang lainnya.
Amalan hati itu biasanya mudah muncul bila keseharian dalam ketaatan di jalan Allah. Buktinya saat seseorang futur, iman lagi turun maka sulit sekali untuk bisa ikhlas, tawakal, ridho atau amalan hati lainnya. Tidak yakin dengan janji Allah, was-was dengan jatah yang akan Allah berikan.
3 Rukun Tawakal
Seseorang bisa dikatakan bertawakal kepada Allah bila memenuhi 3 rukun, yakni:
1. Melakukan ikhtiar atau hukum sebab akibat.
Tawakal terbaik adalah dengan ikhtiar terbaik.
Seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Aku lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakkal ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ikatlah kemudian bertawakkallah“(HR Ibnu Hibban)
Artinya seseorang wajib melakukan usaha terlebih dahulu baru kemudian tawakal.
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam yang sudah dijamin surga tapi paling getol dalam berikhtiar. Bahkan kaki beliau bengkak karena lamanya sholat. Menyiapkan strategi perang sebaik-baiknya dan juga perkara lainnya.
2. Berdoa memohon bantuan Allah
Berdoa yang bersifat memohon pertolongan, perlindungan atau sejenisnya. Sebagaimana sudah dibahas sebelumnya.
3. Menyerahkan hasil kepada Allah (ridho terhadap apapun yang Allah takdirkan)
Tawakal bukan hanya di akhir perbuatan melainkan dari awal perbuatan. Tawakal bukan hanya untuk urusan dunia seperti rezeki, kesembuhan atau yang lainnya melainkan juga untuk urusan akhirat. Mau sholat, puasa, haji sebelumnya harus tawakal kepada Allah.
Jadi tawakal itu sejalan dengan usaha dan doa.
Faedah tawakal:
1. Menambah keimanan
2. Menambah pahala
3. Hati menjadi tenang tidak ada kata stres ataupun depresi
4. Allah akan mencukupkannya
5. Wasilah terkabulnya doa
6. Sumber kekuatan
7. Sedikit was-was
8. Khusyuk dalam beribadah
9. Mudahnya segala urusan
10. Masuk surga tanpa hisab
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِيْ سَبْعُوْنَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Tujuh puluh ribu orang dari umatku akan masuk surga tanpa hisab.
”Para shahabat lantas bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?” Beliau pun menjawab,
هُمُ الَّذِينَ لاَ يَسْتَرْقُونَ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ، وَلاَ يَكْتَوُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak melakukan tathayyur (anggapan sial yang muncul tiba-tiba dari perkara yang dilihat atau didengarnya, pent.), tidak minta di-kay (cara pengobatan dengan menggunakan besi yang dipanaskan lalu ditempelkan kepada bagian tubuh yang sakit, pent.), dan hanya bertawakkal kepada Rabb mereka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Kesalahan dalam Tawakal
Tawakal tanpa ikhtiar.
Sebagaimana hadits tentang menambatkan unta di atas. Begitupun sebaliknya bila seseorang hanya mengandalkan ikhtiar -menyandarkan kepada kekuatan dirinya- tanpa tawakal maka akan berpotensi menjadi buntu dan stress.
Perbedaan tawakal, sabar/ ridho terhadap qadha Allah
Tawakal itu obat hati untuk menghadapi sesuatu yang akan terjadi/ belum terjadi, sedang terjadi dan sudah terjadi. Artinya bertawakal terhadap takdir dari awal hingga akhir.
Sementara sabar dan ridho terhadap qadha Allah adalah obat hati dalam menghadapi sesuatu yang telah terjadi.
Tips supaya bisa tawakal:
1. Beriman kepada takdir
2. Berdoa. Berdoa dengan doa Al-Qur’an atau hadits yang utama dan dianjurkan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Atau doa sendiri pun juga diperbolehkan. Berdoa jangan separuh hati. Antara iya dan tidak. Antara merasa mungkin dan gak mungkin. Tapi ini juga butuh disuburkan dengan iman yg kokoh. Syarat diterimanya doa adalah tidak tergesa-gesa (ingin segera dikabulkan) dan tidak dari hati yang lalai.
3. Optimis
4. Mencari keteladanan dari para nabi sahabat dan orang shalih
5. Butuh ilmu. Menuntut ilmu setiap hari jika mampu. minimal dengan membaca. Bisa Tafsir, hadits dan sumber ilmu yg lain.
6. Niat apapun karena Allah
7. Ikhtiar semampunya. Tapi jangan sampai ikhtiar lebih besar daripada ibadah dan doanya. Karena jangan sampai seolah olah hati, waktu, pikiran dan tenaga lebih banyak untuk dunia
8. Perbanyak ibadah mahdoh. Zikir² utama, istighfar dan shalawat yg keutamaannya gak diragukan lagi.
BACA JUGA: Tidak Berikhtiar karena Tawakal pada Allah, Bagaimana Islam Memandangnya?
Kalau masih sulit bisa tawakal maka perbanyaklah ibadah lisan, seperti zikir-zikir utama, baca Al-Qur’an, shalawat dan istighfar.
Lakukan apa yang sanggup dilakukan kemudian masalah hasil Allah yang akan berbuat sekehendakNya.
Jika kepada makhluk kita yakin mewakilkan urusan kita kepadanya, mengapa kepada Allah masih meragukannya?
Jika pandangan makhluk bisa mencukupi maka bagaimana jika yang memandang kita adalah Al Kholik?
Jadi tawakal itu sejalan dengan usaha dan doa. Janji Allah itu benar, yang salah adalah manusia yang masih meragukannya. Maka bertawakallah.
Wallahu a’lam bi showab. []