KEBANYAKAN Muslim mengaku bahwa dirinya telah bertawakal kepada Allah SWT. Mereka sering mengatakan hal itu, sebagai penguat bahwa dirinya benarlah orang Muslim sejati.
Tawakal yang berarti berserah diri kepada Allah ini menjadi landasan penguat setiap Muslim untuk tetap berpegang teguh pada agama Allah. Lalu, apa sih arti hakiki dari “bertawakal”?
Seorang yang beriman mempunyai hati dan organ tubuh yang apabila organ-organ tubuhnya lelah, hatinya bertawakal. Allah menghendaki dengan ciptaannya agar seluruh organ tubuhnya bekerja sedang hatinya bertawakal kepada Allah SWT.
Apabila ada yang berpendapat bahwa tawakal itu adalah dengan berdiam diri, bertopang dagu, meninggalkan kerja, kemudian Allah yang memberi rezeki, orang itu adalah pembohong tawakal.
Berbeda tawakalnya burung dengan tawakalnya manusia. Burung terbang dan kembali ke sarang anaknya dengan membawa makanan. Burung tidak diharuskan mengolah tanah atau bercocok tanam. Burung mendapat rezeki hanya berupa kebutuhan makannya saja. Lalu terbang kembali ke sarangnya.
Kepada orang yang berbeda pendapat tentang keyakinan dan takwa. Lalu menjadikan tawakal sebagai ganti kerja, upaya dan usaha, kita persilahkan menghadapi hidangan makanan di hadapannya. Apakah dengan bertawakal (menurut pahamnya) makanan itu melompat sendiri masuk ke mulutnya tanpa harus mengulurkan tangan untuk mengambilnya?
Tentu hal itu adalah sesuatu yang mustahil. Jadi, tawakal bukan berarti kita berdiam dengan memasrahkan segala urusan kepada Allah SWT. Tapi, perlu adanya usaha yang harus kita lakukan demi mewujudkan keinginan-keinginan kita, terutama untuk menghidupi diri dan orang-orang terdekatnya selama hidup di dunia.
Lakukanlah perbuatan mulia itu secara maksimal, sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Nah, sembari berusaha, maka barengilah dengan bertawakal kepada Allah. Karena manusia hanya bisa berusaha, sedang Allah-lah yang menentukan segalanya. []
Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli as-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani