PARA ulama terdahulu terkenal tidak pernah menyia-nyiakan waktunya. Bahkan waktu untuk istirahat pun mereka gunakan untuk senantiasa mendekat pada Allah SWT.
Inilah contoh yang baik dari seorang imam yang sudah ma’ruf di tengah-tengah kita. Beliau memberi contoh bagaimana dalam membagi waktu malam untuk ibadah, belajar dan istirahat. Beliau tidak habiskan sia-sia untuk tidur saja. Juga bukan menghabiskan waktu malamnya dengan begadang sia-sia sebagaimana dilakukan oleh sebagian kita.
Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala (10: 35) menyebutkan, Muhammad bin Basyr Al ‘Akri dan selainnya berkata, telah bercerita pada kami Ar Robi’ bin Sulaiman, ia berkata, “Imam Syafi’i membagi waktu malamnya menjadi tiga: sepertiga malam pertama untuk menulis, sepertiga malam kedua untuk shalat (malam) dan sepertiga malam terakhir untuk tidur”. Imam Adz Dzahabi menyebutkan, “Tiga aktivitas beliau ini diniatkan untuk ibadah.”
Dengan keluhuran ilmu dan ketakwaannya, Imam Syafii telah mewariskan kepada generasi berikutnya sebagaimana yang diwariskan oleh para nabi, yakni ilmu yang bermanfaat. Ilmu Imam Syafii banyak diriwayatkan oleh para murid- muridnya dan tersimpan rapi dalam berbagai disiplin ilmu. (Wikipedia)
Dan salah satu murid terbaiknya yakni Imam Ahmad bin Hanbal menjadi salah seorang penyusun madzhab, yakni madzhab Hanbali.
Bahkan Imam Syafii adalah pelopor dalam menulis di bidang ilmu Ushul Fiqih, dengan karyanya yang monumental ‘Risalah.’ Dan dalam bidang fikih, dia menulis kitab Al-Umm yang dikenal oleh semua orang, awamnya dan alimnya. Juga dia menulis kitab Jima’ul Ilmi.
Banyak membaca kisah ulama bisa membuat kita semakin istiqomah dan semangat untuk menjalankan amalan shalih.
Memang benar apa yang dikatakan Imam Abu Hanifah, “Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlak luhur mereka.” []
Sumber: Rumaysho