Oleh: Nafiisah FB
ISLAM itu luas, kita yang bikin tampak sempit. Islam itu sempurna, kita yang bikin banyak cela. Islam itu dalam, kita yang bikin dangkal. Islam itu cemerlang, kita yang bikin buram.
Sejatinya Islam yang memberikan bekal lengkap dan paripurna mengarungi bahtera bernama kehidupan.
Sejak terpejam mata di malam gelap, hingga terbukanya di waktu fajar.
Dari urusan yang dihajati tiap saat, sampai urusan yang cukup sekali dalam satu tahun putaran.
Dari urusan ke kamar mandi hingga cara mengayomi manusia yang bermilyar.
BACA JUGA: Pers Islam dan ‘Watchdog’
Firman Alloh SWT, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku, dan Aku ridha Islam sebagai agama bagimu sekalian.”(TQS : Al-Maidah ayat 3)
Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaanku dan perumpamaan nabi-nabi sebelumku ibarat orang yang membangun sebuah rumah. Ia memperindah dan mempercantik rumah itu, kecuali letak batu bata pada salah satu sisi bangunannya. Kemudian manusia mengelilingi, dan mengagumi rumah itu, lalu mengatakan: ‘Alangkah indah jika batu ini dipasang!’ Aku adalah batu bata tersebut dan aku adalah penutup para nabi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sejatinya Islam yang mencahayai manusia agar tak menjadi setan. Manusia yang sadar sepenuhnya dirinya hanya hamba. Seringkali terisak kala sendiri teringat dosa, sedangkan kematian adalah niscaya. Lalu berpegang kembali pada tuntunan Islam, tertatih menuju ampunan. Kemudian bergegas berjuang melaksanakan sebaik-baiknya amalan. Tak ingin membiarkan sombong mengonaki hati. Karena tak ingin setan-iblis diserupai. Ketika ikhlas ternodai, berusaha segera mencari sela untuk mengobati. Agar perjalanan bisa terasa lapang dilalui.
Islam yang akan menuntun kita menjadi pembela dan berkasih sayang kepada sesama saudara. Memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi ummat manusia. Islam yang membimbing kedamaian dalam alaminya perbedaan. Karena Islam pembeda mana jalan yang lurus, mana jalan yang penuh kesesatan. Terang benderang. Kalaulah saat ini ada yang masih buram bagi indera, perasaan, dan akal, itu tandanya kita masih harus banyak belajar.
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
“(Ya Allah). Tunjukilah kami jalan yang lurus (shiratal mustaqim), yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat “ (Al Fatihah:6-7). Wallahu a’lam bish showab. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi Islampos.