KETIKA sedang beraktifitas kadang-kadang terdengar suara berdenging di telinga secara tiba-tiba. Ada yang menyebutkan bahwa telinga berdenging itu merupakan panggilan Rasulullah SAW.
Mungkin Anda pernah mendengar hadits berikut. ”Apabila telinga kalian berdenging, hendaklah dia mengingatku, dan membaca shalawat untukku, dan hendaknya dia mengucapkan, ’Semoga Allah mengingat orang yang mengingatkan dengan mendoakan kebaikan.”
BACA JUGA: Telinga Sakit habis Dioperasi, Bagaimana Wudhu Saya?
Mengutip web Konsultasisyariah, ada beberapa catatan tentang riwayat Hadits di atas. Hadits ini disebutkan oleh al-Azizi dalam as-Siraj al-Munir atau yang dikenal dengan Azizi‘Ala Jami’ush Shaghir, al-Kharaithi dalam Makarim al-Akkhlaq, al-Uqailli dalam al-Maudhu’at, dari jalur Muhammad bin Ubaidillah dari Ma’mar, dari bapaknya.
Al-Bukhari mengatakan, “Ma’mar dan bapaknya, keduanya adalah munkarul hadis.” (al-Lali’al-Mashnu’ah, 2/242). Sementara ad-Daruquthni menyebut Muhammad bin Ubaidillah dengan ‘Matruk’ (perawi yang tidak diindahkan hadisnya).
Kesimpulannya, hadis ini sama sekali tidak bisa dipertanggung jawabkan, karena itu, tidak perlu dihiraukan, apalagi dijadikan acuan.
Sementara menurut medis, telinga berdenging atau dikenal dalam bahasa medis sebagai Tinitus, banyak dikeluhkan sebagai suatu bising atau bunyi yang muncul di kepala.
Sebetulnya suara yang terdengar oleh telinga tersebut belum tentu bersifat kelainan. Jika orang sehat (dengan bukti telinganya normal) berada dalam ruang kedap suara, maka ia akan dapat mendengar berbagai macam suara yang berasal dari berbagai organ tubuhnya sendiri yang memang bekerja setiap saat.
Contohnya: pernafasan, kontraksi jantung, dan aliran darah. Kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari, suasana yang memungkinkan suara fisiologis (normal) tersebut terdengar oleh seseorang sangat jarang tercipta. Bahkan dalam kamar yang sunyi di malam hari sekalipun, yang tetap memiliki bunyi masking dari lingkungan dengan intensitas bunyi sekitar 25 – 30 dB. Tinitus baru menjadi gejala jika suara organ tubuh intensitasnya melebihi bunyi masking lingkungan tadi.
Tinitus sendiri diklasifikasikan menjadi tinitus obyektif dan subyektif. Tinitus bersifat obyektif bila bunyi yang dipersepsikan oleh penderita juga dapat didengar oleh orang lain atau pemeriksa, dan bersifat subyektif bila bunyi dipersepsikan hanya oleh penderitanya saja.
Secara umum tinitus obyektif diyakini berasal dari suatu sumber suara akustik (ataupun getaran/vibrasi) yang dapat teridentifikasi. Adapun tinitus subyektif dianggap berasal dari adanya abnormalitas pada jalur saraf pendengaran perifer dan/atau sentral.
Tinitus juga dapat diklasifikasikan ke dalam pulsatil atau non pulsatil, yang mengindikasikan sumber penyebabnya berasal dari sistem vaskular (pembuluh darah). Pulsatil tinitus bisa obyektif ataupun subyektif.
BACA JUGA: Ternyata, Ini Alasan kenapa Muazin Tutup Telinga saat Kumandangkan Azan
Kenyataannya pada kebanyakan kasus, tinitus jauh lebih kompleks dari yang bisa diduga berdasarkan pengklasifikasian di atas, maka tampaknya lebih akurat bila membagi tinitus berdasarkan kemungkinan sumber penyebab yang ternyata tidak sedikit.
Berikut ini daftar berbagai hal yang hingga saat ini telah teridentifikasi dapat menjadi sumber penyebab tinitus:
1. Kelainan vaskular (pembuluh darah) baik pada arteri atau vena.
2. Kelainan muskular (otot): klonus otot palatum atau tensor timpani.
3. Lesi pada saluran telinga dalam (internal auditory canal): Tumor saraf ke-8, vascular loops
4. Gangguan kokhlea (organ telinga dalam): trauma akibat bising,
5. Ototoksisitas (Kerusakan organ telinga dalam akibat obat): aspirin, kuinin, dan antibiotika tertentu (aminoglikosida).
6. Kelainan telinga tengah: infeksi (efusi), sklerosis, gangguan tuba eustachi.
7. Lain-lain: serumen (kotoran telinga), benda asing pada saluran telinga luar. []