SEORANG hakim di Thailand nekat menembak dadanya saat persidangan kasus pembunuhan berlangsung di Pengadilan Yala, Thailand bagian selatan, Jumat (4/10/2019) silam. Kanakorn Pianchana awalnya tengah mengadili lima terdakwa yang semuanya muslim. Kelima terdakwa dituntut hukuman mati atau penjara seumur hidup.
Namun, selama persidangan, tidak ada bukti yang cukup untuk menghukum kelima terdakwa Muslim yang dutuduh melakukan pembunuhan terhadap lima orang lainnya. Hakim Pianchana tahu, kelima terdakwa dijebak dengan tuduhan palsu pembunuhan.
BACA JUGA: Dipaksa Jatuhkan Hukuman Mati, Seorang Hakim Tembak Dadanya Sendiri di Pengadilan
Tetapi, atasannya menekannya untuk menjatuhkan hukuman mati.
Dia lalu mengambil palu. “Setelah menimbang dari keterangan saksi, juga bukti-bukti yang ada, kelima terdakwa dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan demi hukum,” Pianchana pun mengetuk palu tiga kali. Kelima terdakwa berpelukan sambil menangis.
Dilansir dari AFP, Pianchana lalu menyampaikan harapan, agar sistem peradilan bisa bersih. “Selama ini, sistem peradilan kita berat sebelah. Lebih berat ke kelompok yang lebih minoritas. Anda perlu bukti yang jelas dan kredibel untuk menghukum seseorang. Jadi, jika anda tidak yakin, jangan menghukum mereka,” ujar Pianchana.
“Saya tidak mengatakan bahwa lima terdakwa ini tidak melakukan kejahatan, mereka mungkin melakukannya. Tapi proses pengadilan harus transparan dan kredibel, menghukum salah orang membuat mereka menjadi kambing hitam,” katanya lagi.
Saksi mata mengatakan, Pianchana sempat mengucap sumpah hukum di depan foto mantan raja Thailand. Dia lalu mengeluarkan pistol, dan menembak dadanya. Beruntung nyawa Pianchana masih bisa diselamatkan, setelah para petugas langsung membawanya ke rumah sakit.
“Aku lebih baik mati daripada hidup tanpa martabat.”
Itu kutipan pidato Kanakorn sebelum mengambil pistol dari balik jubahnya dan menembak dirinya sendiri.
BACA JUGA: Diretas, Situs Pengadilan Padang Tampilkan Curhatan Galau
Kanakorn selamat dari penembakan dan sekarang dalam kondisi stabil di sebuah rumah sakit di Kota Yala, Thailand selatan. Dia mengalami cedera pada limpa-nya.
Namun tindakan dramatisnya di ruang sidang telah menarik perhatian baru pada ketegangan yang membara antara umat Buddha dan Muslim di Thailand selatan.
Dilaporkan lebih dari 7.000 orang telah tewas selama 15 tahun terakhir. Tidak terhitung lagi hak-hak mereka telah berkurang oleh pemerintahan militer. []
SUMBER: AFP