ANKARA—Terkait krisis Rohingya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dijadwalkan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di sela-sela pertemuan Majelis Umum PBB pada akhir bulan ini dan membahas hal tersebut.
“Kami sepakat akan membicarakan semua isu dan masalah utama secara langsung, termasuk kebutuhan untuk memperkuat hubungan timbal balik kedua negara,” ujar Erdogan saat ditanya mengenai percakapan telepon dengan Trump, lansir Hurriyet Dalily News, Selasa (12/9/2017).
Pada 9 September lalu, Erdogan dan Trump melakukan percakapan melalui telepon dan keduanya disebut-sebut membahas kemitraan strategis yang harus diperkuat serta isu-isu regional. Termasuk salah satunya adalah mengenai konflik di Rakhine, Myanmar.
“Dalam panggilan telepon saya memberi tahu Trump bahwa bagaimana pentingnya bagi kami atas kepedulian dan kepekaan AS atas konflik yang terjadi di Rakhine dan ini akan menjadi salah satu hal yang saya akan kemukakan di Majelis Umum PBB,” jelas Erdogan.
Kekerasan yang terjadi terhadap warga Rohingya pertama kali terdengar pada 2012 lalu. Operasi militer yang dilakukan oleh tentara Myanmar saat itu telah membuat lebih dari 120 ribu warga etnis tersebut harus berada di kamp pengungsi di Rakhine.
Hingga kemudian kasus ini kembali mencuat pada Oktober 2016, di mana menyebabkan sekitar 70 ribu warga etnis itu melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari operasi militer Myanmar di Rakhine.
Selama ini warga Rohingya diyakini menjadi salah satu etnis minoritas Myanmar yang kerap menjadi korban kekerasan dari pemerintah negara itu. Lebih dari 140 ribu diantaranya yang tewas sejak terjadi konflik di Rakhine, tempat kebanyakan etnis tersebut menetap.
Warga Rohingya tidak mendapat hak kewargangeraan di Myanmar. Mereka dianggap oleh pemerintah negara itu sebagai imigran ilegal yang berasal dari Bangladesh, meski secara sejarah etnis itu telah berada di Rakhine sejak lama dan dapat diakui sebagai penduduk resmi wilayah tersebut. []