Oleh : Sri Yana
BANYAK pemberitaan di media sosial bahwa para artis telah hijrah. Mulai dari Teuku Wisnu, Arie Untung, Raffi Ahmad, dan sederetan artis lainnya. Itu seharusnya membuat kita berfikir. Apa yang telah kita lakukan untuk dakwah ini? Sudahkah kita mendakwahi ayah, ibu, adik, kakak, suami, teman, dan orang-orang yang dekat dengan kita.
Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At Tahrim: 6)
Dari ayat di atas kita memahami, bahwa sebagai hamilud (pengemban) dakwah kita memiliki kewajiban untuk menyeru kepada semua orang, baik menyeru ke keluarga, atau teman-teman di sekitar kita, diperlukan tekad yang besar untuk bisa meraihnya. Tidak mudah seperti membalikkan tangan. Karena untuk hijrah butuh kemauan yang besar bagi orang yang hendak hijrah.
BACA JUGA:Â Keberanian Umar saat Hijrah ke Madinah
Hijrah berasal dari dari bahasa Arab, yang berarti meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah tempat. Jadi hijrah intinya orang mulai kembali kepada kehidupan beragama, berusaha mematuhi perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan berusaha lebih baik.
Tips-tips agar hijrah berhasil :
1. Mau belajar Islam
Datang ke majelis ilmu. Hadis Rasulullah Saw, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.”(HR. Ibnu Majah no.224)
Di majelis ilmu kita mendapatkan banyak ilmu. Ilmu Islam itu lengkap beserta aturan-aturannya. Gimana kalau kita tidak ngaji, kita tidak akan tahu ilmunya bukan? Islam itu mengatur hambanya, dari bangun tidur sampai bangun negara.Yang intinya segala problem kehidupan akan terselesaikan dengan Islam.
2. Istiqomah
Hijrah harus istiqomah. Maksudnya ketika hijrah kita harus taat secara terus-menerus dan selalu berpegang teguh pada pendirian. Misalnya: kita mengkaji Islam, kemudian sudah lama tidak hadir, kemudian hadir lagi. Jadinya kita akan ketinggalan ilmunya dan pemahaman pun jadi tak lengkap.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka istiqomah, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata),”Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”(TQS. Fushilat: 30)
3. Mau berubah
Ketika kita sudah berniat untuk hijrah, kita harus mau mengubah diri kita sesuai dengan aturan Islam. Bukan aturan Islam yang mengikuti kemauan kita. Sebagai hamba, kita wajib menjalankan perintah Allah dan menjauhkan larangan-Nya. Mulai dari solat lima waktu yang tidak boleh kita tinggalkan, kecuali ada uzhur syar’i, seperti haid dan nifas. Selain itu, adanya perintah untuk berkerudung dan berjilbab bagi kaum hawa.
Allah Swt berfirman,
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra- putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya, agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang- orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (TQS. An Nur : 31)
Selain itu, ada pula ayat yang menjelaskan tentang jilbab. Allah SWT berfirman, “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri orang-orang mukmin,”Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya (sejenis baju kurung yang lapang) ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha penyayang.” (TQS. Al Ahzab: 59)
Dari ayat di atas, kita mengetahui bahwa kerudung dan jilbab adalah wajib. Kerudung dan jilbab berbeda ya. Kalau kerudung adalah penutup kepala, sedangkan jilbab adalah baju kurung yang lapang, menjulur sampai bawah, biasa juga disebut gamis. Ini berbeda, dengan maklumat sebelum kita hijrah, bahwa kerudung dan jilbab sama-sama penutup kepala, bedanya jilbab itu berbentuk segi empat.
Oleh karena itu, ketika kita hendak hijrah tekadkan dalam hati bahwa kita bisa dan akan berubah untuk memakai jilbab dan kerudung sesuai hukum syara, bukan mengikuti hawa nafsu agar terlihat modis dan style.
4. Bergaul dengan teman yang soleh.
Ketika kita sedang di jalan hijrah, upayakan kita agar berteman dengan orang yang soleh. Pilihlah teman yang membawa kepada kebaikan. Bukan teman yang mengajak kepada kemaksiatan. Misalnya : bergaul dengan orang yang suka nongkrong yang tidak jelas obrolannya atau yang suka nonton dibioskop.
Karena biasanya, teman adalah pencerminan dari kita juga. Ibarat kita dekat dengan penjual minyak wangi, kita akan ikut wangi juga, begitu juga ketika kita bergaul dengan pembuat pandai besi, kita akan bau juga aroma pandai besi.
BACA JUGA:Â Perbedaan Hijrahnya Rasulullah dengan Nabi Lainnya
Itulah hakekat kehidupan, yang harus kita arungi, memberanikan diri untuk berjalan di jalan dakwah demi mendapatkan ridho Ilahi untuk menggapai surga-Nya. Hijrah itu tidak mudah, namun perlu keteguhan dalam mencapainya, tidak putus asa dalam menghadapi cobaan yang berliku dan berkelok. Dalam hijrah ini, kita pun tak sendiri, karena adanya jamaah yang mengajak, membimbing dan mengingatkan kita, agar kita fastabiqul khairat.
Allah SWT berfirman:
“Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (TQS. Al Baqoroh: 148)
Dari ayat di atas menunjukkan bahwa kita diajak untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Dan kewajiban kita bahwa kita harus menyeru kepada kebaikan, dimulai dari keluarga dan orang-orang terdekat di sekitar kita. Karena di dalam Islam kita diperintahkan berbuat amar ma’ruf nahi mungkar dalam firman Allah SWT:
“Dan Hendaklah di antara kamu Ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”(TQS Ali Imron : 104). []