ADAKAH seorang yang ikhlas itu selalu tenang, ataukah dia gelisah?
Pada sebuah jiwa yang sadar akan siapa dirinya dan kemana ia hendak menuju, keikhlasan kadang disertai kegelisahan. Dan ketakutan.
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dan hati yang takut, sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. (QS. Al-Mu’minun: 60)
Tentu tak semua kegelisahan bisa akrab dengan keikhlasan. Seperti kegelisahan yang sekedar merutuki masa lampau dan hilangnya kesempatan. Kegelisahan yang Cuma berkata, “Andai saja… Andai kata..” Kegelisahan yang membuat kita bersedih lalu menyerah?kegelisahan yang menghentikan langkah. Kegelisahan-kegelisahan ini adalah musuh keikhlasan. Kegelisahan yang setia pada keikhlasan adalah kegelisahan yang melahirkan langkah-langkah besar untuk berbuat lebih dan lebih lagi. Terus dan terus. Semakin baik dan semakin sempurna. Berlomba-lomba. Ini tergambar dalam kejutan rangkaian ayat:
“Mereka itu bergegas segera dalam meraih kebaikan. Dan merekalah orang-orang yang terdahulu memperolehnya.” (QS. Al-Mu’minun: 61)
Memang tak jarang, yang tenang-tenang saja, yang merasa tak terbeban akan amal-amalnya itu kalah ikhlas daripada yang khawatir. Karena mereka yang tenang-tenang saja, yang merasa cukup dengan amal shalehnya dan merasa aman dari adzab Allah adalah orang –orang tersalah. Mereka orang yang tak pernah berhitung, bahwa nikmat Allah itu tak terhingga. Mereka orang yang tak pernah mengira bahwa dosa-dosa mereka telah jauh lebih dari yang mampu disangka.
Tapi ketenangan, dalam makna lain juga adalah sahabat setia bagi keikhlasan sebagaimana dia adalah sahabat bagi keimanan.
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. “ (QS. Ar-Rad:28)
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan di hati orang-orang beriman untuk tertambahkannya keimanan bersama keimanan mereka.” (QS. Al-Fath: 4)
Di jalan cinta para pejuang, ketenangan adalah penambah bagi keimanan. Keyakinan bahwa Allah membersamai kita, dan Dia akan memberi petunjuk dan menolong hamba-Nya. Sedang kegelisahan adalah penjaga diri dari bangga hati. Keyakinan bahwa Allah membersamai kita, dan Ia selalu mengawasi setiap gerik. Agar kita tak gegabah dalam melangkah. Agar kita tak meras cukup dengan amal shalih yang sudah-sudah.
Di jalan cina para pejuang, tenag dan gelisah adalah perasaan yang bermakna. Tapi kita tak boleh salah memberi makan hingga ia menerungku keikhlasan di dalam ruang sempit. []
Sumber: Jalan Cinta Para Pejuang/Salim A. Fillah/Pro-u Media