PERUBAHAN itu butuh waktu. Sebuah pohon, untuk menjadi besar, kokoh, dan memberikan manfaat berupa buah, melalui proses waktu yang panjang. Jika kita mengharapkan buah dari sebuah pohon saat baru selesai menanam, itu hanya mimpi yang tidak mungkin jadi kenyataan.
Dakwah, selain menyeru, juga usaha untuk merubah manusia dari keadaan yang sebelumnya, kepada keadaan yang lain. Maka inipun butuh waktu panjang untuk melihat perubahan dengan warna yang kita harapkan. Butuh kesabaran exstra untuk menantinya, sembari diiringi usaha dan do’a kepada Yang Maha Kuasa.
BACA JUGA: Tergesa-gesa menuju Masjid, Bolehkah?
Jangan dicaci, dihina, dan direndahkan saat mereka sedang dalam proses ‘hijrah’. Karena mereka sedang berjuang sekuat tenaga untuk merubah diri sedikit demi sedikit. Sebagaimana kita dulu, juga mengalami proses dan pernah mengalami jatuh bangun di jalan itu.
Asy-Syaikh Al Allamah Muhammad bin Shalih Al Utsaimin -rahimahullah- berkata:
إن الحكمة: إتقان الأمور وإحكامها، بأن تنزل الأمور منازلها وتوضع في مواضعها، ليس من الحكمة أن تتعجل وتريد من الناس أن ينقلبوا عن حالهم التي هم عليها إلى الحال التي كان عليها الصحابة بين عشية وضحاها. ومن أراد ذلك فهو سفيه في عقله بعيد عن الحكمة، لأن حكمة الله عز وجل تأبى أن يكون هذا الأمر
BACA JUGA: Jalan Itu Bernama Hijrah
“Sesungguhnya hikmah itu: menguatkan perkara dan menjelaskannya, dengan cara mendudukkan perkara pada kedudukannya dan meletakkan perkara pada letaknya. Bukan termasuk hikmah, engkau tergesa-gesa dan menginginkan manusia untuk berubah dari kondisi mereka yang sebelumnya, kepada kondisi yang para sahabat berada di atasnya antara waktu sore dan waktu pagi (maksudnya secara cepat-pent). Barang siapa yg menghendaki hal itu, maka dia seorang yg bodoh akalnya dan jauh dari sikap hikmah. Karena hikmah Alloh enggan untuk terwujudnya hal ini.” [ Transkrip dari ceramah yang berjudul : “Zadud Da’iyyah” -Bekal seorang da’i-]. []
Facebook: Abdullah Al Jirani