ISLAM mengambil pendekatan yang seimbang soal ketergesa-gesaan yang memang melekat sebagai sifat manusia. Ada ketergesa-gesaan yang menjadi tindakan tercela. Namun, ada pula ketergesa-gesaan yang dinilai sebagai kebaikan.
BACA JUGA: Melekat pada Diri Manusia, Ini Kata Alquran tentang Sifat Tergesa-gesa
Nah, berikut ini adalah dimensi ketergesaan yang dinilai baik dan patut dipuji:
1 Tergesa-gesa melakukan perbuatan baik
Hidup ini sangat singkat. Pesaing untuk meraih surga tak boleh dilewatkan. Dalam hal perjalanan ke akhirat, kita sejatinya semakin dekat dengan ‘garis finish’ itu.
Menurut Al-Qur’an, semakin besar tujuannya, semakin besar kesibukan seseorang ke arahnya.
Ketika berbicara tentang pengejaran duniawi, Al-Qur’an menggunakan istilah فَامْشُوا / “Berjalan.”
Ketika berbicara tentang perjalanan kita menuju shalat, ia menggunakan istilah فَاسْعَوْا / “Lanjutkan.”
Saat berbicara tentang pengejaran kita ke Surga, istilah ini menggunakan istilah سَابِقُوا / “berlomba-lomba lah!”
Namun, ketika berbicara tentang pengejaran kita kepada Allāh, itu menggunakan istilah فَفِرُّوا / “Pergi!”
Tidak setiap ambisi dalam hidup layak mendapatkan upaya yang sama. Maka, ingatlah perkataan Nabi Musa yang termuat dalam Alquran:
وَعَجِلْتُ ُلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى
“Aku bergegas menemuiMu, Tuhanku, agar Engkau senang.”
2 Bergegas untuk memulihkan hak kepada pemiliknya
Lepas dari apakah utangmu berwujud seperti uang, atau tidak berwujud seperti permintaan maaf, jangan biarkan hari lain berlalu tanpa mengembalikan hak orang lain kepada pemiliknya.
Nabi SAW pernah memimpin umat Islam dalam sholat magrib, dan setelah selesai, ia segera meninggalkan masjid dan masuk ke rumahnya. Ketika dia muncul kembali, dia melihat keheranan di wajah para sahabat, jadi dia menjelaskan:
“Aku teringat ketika shalat bahwa sepotong emas tertinggal di dalam rumahku, dan aku tidak menyukai itu tetap bersama kami sepanjang malam, jadi aku menginstruksikannya untuk dibagikan.”
3 Bersegera melaksanakan haji
Nabi SAW bersabda:
“Siapapun yang berniat untuk menunaikan haji, biarlah dia cepat-cepat melakukannya, karena dia mungkin jatuh sakit, kehilangan tunggangannya, atau dihadapkan pada suatu kebutuhan.”
4 Bergegas untuk bertobat
“Hidupku akan berubah setelah aku melakukan haji.”
“Dosa-dosaku akan berakhir saat aku menikah.”
“Fokusku pada akhirat akan lebih besar setelah aku pensiun.”
Bisakah kita menjamin semua itu?
Kamu mungkin berpikir bahwa mereka yang mengucapkan kata-kata ini telah menandatangani kontrak asuransi jiwa dengan malaikat maut untuk menjaga jiwa mereka sampai saat mereka memutuskan untuk berubah.
Seseorang yang menunda pertobatannya serupa dengan orang yang mencoba mencabut pohon tetapi menemukannya kokoh pada tempatnya. Dia berkata, “Aku akan meninggalkannya setahun atau lebih kemudian mencoba lagi.”
Setahun berlalu dan sekembalinya, dia menemukan bahwa pohon itu hanya tumbuh lebih kuat dari sebelumnya.
Ketahuilah, kita hanya bertambah tua, dan Hari Perhitungan akan semakin dekat, jadi jangan biarkan kebiasaan berdosa menguat lebih dari yang sudah ada sebelumnya.
Mengurangi kebiasaan berdosa kemarin akan jauh lebih mudah daripada melakukannya hari ini, tetapi menghilangkannya besok akan jauh lebih sulit. []
SUMBER: ISLAM21C