ADA nama wanita yang disebut dalam Alquran. Mereka dikisahkan menerima wahyu dari Allah SWT. Apakah wahyu tersebut sama dengan wahyu yang diterima para nabi atau rasul? Jika demikian, apakah mungkin ada nabi yang diangkat drai kalangan wanita?
Supaya lebih jelas dan tidak menimbulkan kesimpangsiuran dalam hal pemikiran tentang wahyu dan kenabian, yuk kita simak ulasannya, berikut ini:
Dalam Alquran salah satu nama wanita yang disebutkan adalah Maryam, ibunda nabi Isa as.
“Maka Maryam mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.Maryam berkata, “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.” (QS. Maryam: 17-18)
Sekali lagi ditegaskan di dalam Al-Quran bahwa Ibunda nabi Isa alaihissalam, Maryam Al-Batul, telah dikirimkan kepadanya seorang malaikat, yaitu Jibril ‘alaihissalam dan memberikan wahyu dari Allah. Jadi, memang benar Maryam telah menerima wahyu dari Allah SWT, bahkan terjadi dialog antara dirinya dan malaikat Jibril utusan Allah. Bahkan Jibril nyata tegas menyebutkan bahwa Allah SWT telah memilihnya, mensucikannya dan memilihnya dari wanita-wanita di seluruh alam.
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (QS. Ali Imran: 42-43)
Ibunda Nabi Musa ‘alaihissalam juga disebutkan dalam Alquran telah menerima Wahyu.
“Dan Kami wahyukan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.” (QS. Al-Qashash: 7)
Di dalam ayat ini dinyatakan bahwa Allah SWT telah memberikan wahyu kepada Ibunda nabi Musa alaihissalam, yaitu untuk menyusuinya dan kemudian melemparkannya ke sungai Nil.
Sebagaimana Maryam dan ibunda nabi Musa as, demikian juga dengan kisah para wanita yang lainnya di dalam Al-Quran, seperti Hawwa, Asiyah dan juga Sarah. Mereka memang disebutkan telah menerima wahyu atau diutus kepada mereka malainkat dari Allah SWT.
Namun apakah mereka langsung berstatus sebagai nabi? Dan apakah setiap orang yang didatangi malaikat pembawa wahyu juga otomatis menjadi nabi?
Selain mereka, toh ada pula kisah-kisah lainnya yang secara tegas menggambarkan bahwa Allah SWT berbicara atau menurunkan wahyu kepada mereka, namun mereka tidak disebut sebagai nabi. Dan tidak semua orang yang didatangi Malaikat Jibril adalah Nabi.
Tidak Semua Yang Diajak Bicara Oleh Allah Berarti Nabi
Ada kisah tentang Dzulqarnain yang amat masyhur. Di dalam Al-Quran disebutkan bahwa Allah SWT berkata-kata kepadanya.
“Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami (Allah SWT) berkata, “Hai Zulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.” (QS. Al-Kahfi: 86)
Tegas dinyatakan bahwa Allah berkata-kata kepada Dzulqarnain di dalam ayat ini, namun para ulama umumnya mengatakan bahwa beliau bukanlah seorang nabi. Bahkan dalam dafar 25 nama nabi yang tertera di dalam Al-Quran, beliau pun tidak disebutkan namanya. Itu menunjukkan bahwa seorang Dzulqarnain bukanlah seorang nabi. Meski namanya tertera dengan jelas di dalam Al-Quran.
Tidak Semua Yang Diberi Wahyu Berarti Nabi
Di dalam Al-Quran, kita juga menemukan ungkapan di mana Allah SWT memberi wahyu kepada salah satu makhluknya, namun pemberian wahyu itu tidak selalu berarti mengangkatnya menjadi seorang nabi. Bahkan Allah memberi wahyu kepada lebah untuk membuat sarang. Tentu tidak ada nabi berbentuk lebah, bukan?
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.” (QS. An-Nahl: 68)
Allah SWT juga memberi wahyu kepada langit yang tujuh, namun tidak ada nabi dalam bentuk langit.
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat: 12)
Allah SWT juga menurunkan wahyu kepada bumi dan tidak ada nabi berbentuk bumi.
“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya, dan manusia bertanya, “Mengapa bumi (jadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah mewahyukankepadanya.” (QS. Az-Zalzalah: 1-5)
Tidak Semua ‘Yang Dipilih’ Berarti Nabi
Dalam Alquran disebutkan tentang keluarga Imran (Ali Imran) yang ‘dipilih’ oleh Allah. Namun, tidak semua keluarga Imran itu menjadi nabi. Ada sebagian yang jadi nabi namun Imrannya sendiri bukan nabi.
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).” (QS. Ali Imran: 33)
Tidak Semua Yang Didatangi Malaikat (Jibril) Berarti Nabi
Para shahabat Rasulullah SAW pernah didatangi oleh malaikat Jibril yang menyerupai manusia, dengan ciri pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak seorang pun yang mengenalnya dan tidak ada bekas tanda datang dari perjalanan yang jauh.
Lalu Jibril berbicara dengan nabi Muhammad SAW dengan bahasa arab yang fasih hingga semua yang hadir dapat mendengar dan paham betul apa yang sedang dibicarakan. Dan setelahnya, Rasulullah SAW menegaskan bahwa yang datang tadi itu adalah Jibril untuk memberikan pelajaran agama kepada para shahabat.
Semua shahabat yang hadir di sana tentu mendengar bagaimana Jibril menyampaikan isi ajaran dari langit. Namun tidak satu pun dari shahabat itu yang diangkat menjadi nabi.
Jadi, tidak semua yang memenuhi ketentuan seperti menerima wahyu, orang terpilih, didatangi malaikat itu serta merta disebut nabi.
Nah, terkait fakta dalam Alquran bahwa ada wanita yang ternyata menerima wahyu, bukan berarti menunjukkan ada nabi dari kalangan wanita.
Memang benar ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa ada nabi perempuan. Di antara mereka yang berpendapat demikian adalah Ibnu Hazam, Al-Qurthubi dan Abul Hasan Al-Asy’ari. Lihat kitab Fathul Bari jilid 6 halaman 447 dan 448. Kita juga bisa merujuk tentang hal ini pada kitab Lawami’ul Anwar Al-Bahiyah jilid 2 halaman 66.
Namun pendapat mereka ini tidak bisa dianggap mewakili pendapatjumhur ulama, sebab Al-Qadhi Iyyadh menukil bahwa jumhur ulama sepakat bahwa tidak ada nabi perempuan.
Bahkan di dalam Al-Majmu’ Syarah Al-Muhazab, Al-Imam An-Nawawi mengatakan bahwa Maryam bukan seorang nabi tidaklah sekedar pendapat mayoritas ulama, namun telah sampai kepada ijma’.
Dan Al-Hasan Al-Bashri di dalam Fathul Bari jilid 6 halaman 471 mengatakan bahwa tidak ada nabi dari kalangan perempuan dan dari kalangan jin. []
SUMBER: RUMAH FIQIH