JAKARTA — Wacana penghapusan atau mereview materi perang di kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) oleh Direktur Kurikulum Sarana Prasarana Kesiswaan dan Kelembagaan (KSKK) Madrasah Kementerian Agama mulai santer terdengar.
Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Bekasi, Wildan Hasan memandang, baik buruknya peristiwa di masa lampau adalah bagian dari fakta sejarah. Sejarah itu, kata dia tidak melulu soal kebaikan dan kejayaan tapi juga keburukan dan keterpurukan.
BACA JUGA: Ini Klarifikasi Kemenag terkait Kabar Penghapusan Materi Perang dalam Buku Pelajaran SKI di Madrasah
“Kita harus jujur terhadap sejarah. Sejarah terjadi bukan untuk ditutup-tutupi tapi untuk dipelajari dan diambil ibrohnya, agar kebaikan dan kejayaan masa lampau bisa terulang dan terus berlanjut atau keburukan masa lampau tidak terulang kembali di masa depan,” kata Wildan, Selasa (17/9).
Ia menilai alasan yang dikemukakan Kemenag tidak objektif, bahwa umat Islam selalu dihubungkan dengan perang atau kekerasan, sama sekali tidak ada korelasinya dengan materi ajar perang di Mapel SKI.
“Tidak pernah ada sampai sekarang orang menuduh Islam suka berperang dan kekerasan akibat mereka baca buku SKI. Tuduhan Islam disebarkan dengan perang (kekerasan) adalah tuduhan yang sudah lama sekali sejak masa para orientalis melakukan kerja-kerja ‘intelektual’nya untuk melemahkan umat Islam,” terangnya.
Jadi semestinya, menurut Wildan Kementerian Agama tidak termakan oleh stigma yg dilakukan oleh pihak-pihak yang memang benci terhadap Islam.
BACA JUGA: Tanggapan Terhadap Disertasi Mahasiswa S3 UIN yang Bolehkan Hubungan Intim Tanpa Nikah
Ia menambahkan, perang adalah sesuatu yang ‘jamak’ terjadi dalam kehidupan manusia. Seolah sudah menjadi keniscayaan salah satu bentuk konflik antar manusia adalah perang. Di semua peradaban bangsa dari zaman ke zaman dihiasi dengan adanya peperangan demi peperangan.
“Oleh karena itu yang harus dilakukan Kemenag bukan menghapus materi ajar soal perang karena itu fakta sejarah. Tapi tampilkan kisah perang itu dalam bentuk kisah hikmah. Kisahkan bagaimana adab berperang dalam Islam, apa motivasi perang dalam Islam, lalu apa saja hikmah yang bisa diambil dan lain sebagainya,” tegasnya.
Ia menambahkan, jika tidak dilakukan,
seolah Kemenag beranggapan bahwa perang dalam sejarah Islam itu buruk dan tidak beradab. []
REPORTER: RHIO