CINA–Amnesty International mengingatkan pemerintah Cina terkait kebijakannya soal informasi yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Seperti diketahui, sebelumnya Cina sempat ‘membungkam’ peringatan bahaya epidemi corona yang dilaporkan dokter Li Wenliang pada Desember 2019 lalu ketika virus itu ditemukan untuk pertama kalinya di wuhan.
Li Wenliang, dilaporkan meninggal pada Kamis (6/2/2020), pukul 21.30 waktu setempat. Dokter yang intensif merawat pasien corona sejak virus itu mewabah, akhirnya tertular. Kabar kematian dokter Li Wenliang pun memicu kesedihan nasional di Cina.
BACA JUGA:Â Mengaku Terinfeksi Corona, Seorang Wanita Selamat dari Percobaan Rudapaksa
Direktur Regional Amnesty International Nicholas Bequelin mengatakan, kematian Li merupakan alarm tragis dibalik obsesi pemerintah China dalam menekan informasi demi menjaga stabilitas. Dalam hal ini, informasi yang ditekan adalah hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak, yakni virus corona.
“Kasus Li Wenliang adalah pengingat yang tragis tentang bagaimana obsesi Pemerintah China akan ‘stabilitas’ mendorong negara ini untuk menekan informasi penting tentang hal-hal yang menjadi kepentingan umum,” kata Bequelin dalam keterangannya, Jumat (7/2/2020).
Bequelin mengatakan, pemerintah China harus belajar dari kasus kematian Li dalam usaha memerangi virus corona. Sebab, apa yang disampaikan Li menyangkut kondisi bahaya bagi banyak orang.
“Tidak ada yang berhak menghadapi pelecehan atau sanksi karena berbicara tentang kondisi bahaya bagi publik, hanya karena hal itu bisa mempermalukan pemerintah,” sambungnya.
BACA JUGA:Â Video Sepasang Kakek-Nenek Terinfeksi Virus Corona Pegangan Tangan Ucapkan Perpisahan Bikin Sedih
Melansir BBC News, Li Wenliang tertular virus saat bekerja di Rumah Sakit Pusat Wuhan. Dalam pos Weibo-nya, Li menjelaskan bahwa pada 10 Januari dia mulai batuk. Hari berikutnya dia demam dan dua hari kemudian dia dirawat di rumah sakit. Dia didiagnosa terjangkit virus corona pada 30 Januari.
Pada bulan Desember 2019, pria berusia 34 tahun itu telah mengirimkan peringatan kepada sesama petugas medis akan virus corona. Ia memperingatkan para petugas medis agar memakai pakaian pelindung untuk menghindari infeksi.
Empat hari kemudian dia dipanggil ke Biro Keamanan Umum di mana dia disuruh menandatangani surat. Dalam surat itu dia dituduh menyebarkan desas-desus yang telah “sangat mengganggu tatanan sosial”. Namun saat wabah virus corona merebak, pihak berwenang setempat kemudian meminta maaf kepada dr. Li. []
SUMBER: BBC