MEDIA sosial tentu tidak terelakkan bagi kehidupan manusia. Apalagi di zaman perkembangan teknologi yang kian canggih ini. Jika saat ini tak menggunakan media sosial, ibaratnya “makan sayur tanpa garam” .
Segala informasi dan peristiwa apapun bisa didapatkan lewat media sosial. Begitu juga tentang adanya isi hati, pikiran, juga pengakuan jati diri seseorang kepada dunia. Seakan sudah tidak ada lagi ruang privasi.
BACA JUGA: Mencari Jodoh di Sosial Media, Bolehkah?
Namun bagaiamana pandangan Islam tentang media sosial? Menurut Rasulullah SAW yang digambarkan dalam hadis bahwa terdapat di antara tanda-tanda dekatnya kiamat adalah dzuhurul qalam (tersebarnya pena/ tulisan).
Dari Abu Barzah Al-Aslami, Rasulullah SAW bersabda, “ Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi)
Media sosial bisa menimbulkan dampak negatif terhadap kaum muda, apalagi jika diakses secara berlebihan setiap harinya. Menurut pemelitian, terlalu sering bermain medsos ternyata berhubungan erat dengan gejala depresi. Penelitian terbaru menunjukkan menghabiskan waktu dengan melihat media sosial dan menonton televisi berpotensi meningkatkan gejala depresi.
Studi yang dipublikasikan di jurnal JAMA Pediatrics ini menemukan setiap tambahan jam yang dihabiskan kaum muda di medsos atau menonton televisi, tingkat keparahan gejala depresi ikut mengalami peningkatan. Dengan kata lain, semakin lama menggunakan media sosial, semakin parah pula gejala depresi yang muncul.
“Sepengetahuan kami, penelitian ini adalah yang pertama menyajikan analisis perkembangan variasi dalam depresi dan berbagai jenis waktu layar,” kata peneliti, dikutip dari CNN.
Penelitian ini melibatkan 3.826 siswa di Kanada dari 2012 hingga 2018. Para siswa diminta untuk menjawab sejumlah survei untuk menilai perilaku menatap layar dan gejala depresi. Kegiatan menatap layar meliputi bermain video game, menggunakan media sosial, menonton televisi, dan menggunakan komputer.
Sementara gejala depresi diukur dengan menilai perasaan kesepian, kesedihan, dan keputusasaan.
Peneliti menemukan bahwa penggunaan media sosial yang tinggi selama empat tahun terakhir dikaitkan dengan peningkatan depresi. Setiap peningkatan satu jam dalam rata-rata waktu yang dihabiskan partisipan dikaitkan dengan peningkatan keparahan gejala depresi.
BACA JUGA: Song Bora, Muslimah Korea yang Beken di Sosial Media
Studi ini memiliki beberapa keterbatasan, termasuk hanya melihat hubungan antara waktu menatap layar dan depresi yang ditemukan. Peneliti menyatakan diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah ada hubungan sebab akibat antara menatap layar dan gejala depresi.
“Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat apakah ada hubungan kausal antara waktu layar dan depresi pada orang muda. Jika ada, kita perlu tahu bagaimana ini terjadi dan bagaimana mencegah depresi pada kaum muda,” kata ahli dari University College London, Michael Bloomfield. []
SUMBER: CNN