IBNU Ishaq menceritakan, Ibnu Syihab Az-Zuhri meriwayatkan kepadaku dari Sinan bin Abu Sinan Ad-Duali dari Abu Waqid Al-Laitsi bahwa Al-Harits bin Malik berkata:
Kami berangkat ke Hunain bersama Rasulullah, ketika itu kami baru saja lepas dari lingkungan jahiliyah. Orang-orang kafir Quraisy dan orang-orang Arab memiliki pohon besar yang rindang nan hijau di sekitar mereka bernama Dzatu Anwath. Mereka rutin datang ke pohon tersebut setiap tahun kemudian menggantungkan senjata padanya, menyembelih hewan di sekitarnya, dan tinggal di bawahnya selama sehari..
BACA JUGA: Cinta Utsman kepada Ruqayyah dari Masa Jahiliyah
Ketika kami berjalan bersama Rasulullah, kami melihat pohon hijau dan besar tersebut. Kami saling berseru dari samping jalan, “Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami pohon Dzatu Anwath seperti yang mereka miliki.”
Rasulullah bersabda, “Allahu Akbar, demi Dzat dimana jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh kalian telah berkata seperti yang pernah dikatakan kaum Nabi Musa kepada Nabinya: Hai Musa, buatkanlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).” Musa menjawab: “Sesungguhnya kalian ini adalah kaum yang bodoh.” (Al-A’raaf: 138). Sesungguhnya ini merupakan salah satu tradisi dan sungguh kalian akan mengerjakan tradisi-tradisi orang-orang sebelum kalian.”
Akan tetapi, siapa pun yang tidak mengetahui kebenaran dan melakukan perbuatan-perbuatan orang jahiliyah maka ia termasuk orang jahil (bodoh). Ini menunjukkan terlarangnya meniru-niru kebiasaan jahiliyah. Ini juga menunjukkan bahwa orang yang berpindah dari suatu kebatilan yang sudah terbiasa melekat dalam hatinya maka terkadang masih ada saja sisa-sisa kebatilan itu pada dirinya. Terkadang butuh waktu yang tidak sebentar untuk menghilangkan sisa keburukan itu.
Pada masa pemerintahan Khalifah ‘Umar bin al-Khaththâb, muncul berbagai gejala pada sebagian kaum muslimin yang memiliki ketergantungan kepada barang-barang peninggalan dan situs-situs sejarah yang tidak tercantum keutamaannya dalam nash. Fenomena ini dapat mempengaruhi dalam hal beragama. Maka Khalifah ‘Umar bin al-Khaththâb dan para sahabat melarang dan memperingatkan manusia dari perbuatan tersebut.
BACA JUGA: Empat Macam Pernikahan di Masa Jahiliyah
Umar bin Khattab memerintahkan agar pohon di mana dilakukan bai’atur ridwan agar di tebang. Padahal bisa jadi orang beralasan itu adalah situs sejarah Islam yang perlu dilestarikan. Akan tetapi untuk mencegah terjadinya kesyirikan dan anggapan keramat suatu tempat maka beliau memerintahkan agar pohon tersebut ditebang.
Ibnu Waddhah menuturkan:
“Aku mendengar Isa bin Yunus mengatakan , “Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu memerintahkan agar menebang pohon yang Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam menerima baiat (Bai’atur ridhwan) kesetiaan di bawahnya (dikenal dengan pohon Syajaratur ridhwan). Ia menebangnya karena banyak manusia yang pergi ke sana dan shalat di bawahnya, lalu hal itu membuatnya khawatir akan terjadi fitnah (kesyirikan) terhadap mereka.” []
Referensi: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media