TERKADANG setiap orang mengartikan antara akal dan pikiran itu hal yang sama. Keduanya memiliki tempat dan fungsi yang sama. Keduanya juga merupakan anugerah dari Allah yang diberikan kepada manusia sebagai pembeda dengan makhluk lainnya. Tapi, ternyata antara akal dan pikiran itu berbeda. Apa bedanya ya?
Akal berasal dari kata “Iqalul baiir” (ikatan untuk mengikat unta). Diikat agar unta tidak bebas bergerak. Jadi, Anda diikat untuk tidak bebas bergerak dan bertindak. Suatu saat tindakan Anda diikat dengan akhlak atau dengan hukum yang berlaku dalam masyarakat atau dengan tuntutan agama.
BACA JUGA: Ilmuwan Prediksi Bumi Bakal Kembali ke Era “Hothouse”
Apakah patut seorang telanjang di jalan umum? Meskipun belum ada ajaran agama tetapi akal sudah melarangnya. Bila kita ingin memetik bunga di taman milik orang lain, akhlak akan menegur kita, “Jangan engkau ambil, itu bukan milikmu!”
Andaikata kita mengambilnya juga, masyarakat akan menuduh pencuri kepada kita. Bila masyarakat lengah dan tidak akan tahu, kita pasti berkata, “Allah tidak menghalalkannya.” Jadi, kalau ikatan (akal) itu lepas tanpa kendali tentu dapat merugikan diri dan merugikan orang lain.
Adapun pikiran adalah menyangkut macam-macam soal untuk melakukan perbandingan antara beberapa pilihan (alternatif). Apa yang harus kita lakukan kita lakukan, apakah ini atau itu?
Kalau ini yang kita pilih, apa manfaat dan mudharatnya? Lalu kita bandingkan dan pertimbangkan, dan yang lebih menguntungkan yang kita kerjakan.
BACA JUGA: Inilah Ilmuwan Muslim Penemu Cikal Bakal Wastafel Modern
Hewan tidak memiliki sesuatu untuk memilih alternatif atau yang dapat mengikat tindakannya. Apabila hewan diberi makanan, tentu ia akan memilih yang sudah dikenalnya atau menurut instingnya bermanfaat, di luar itu apa pun akan ditolaknya.
Adapun manusia akan mencobanya, mana yang lebih enak atau lebih lezat. Hewan akan berhenti makan jika kenyang dan tidak akan makan lagi meskipun dipaksa. Adapun manusia masih ingin mencoba yang lainnya meskipun sudah kenyang. []
Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli as-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani