SETIAP manusia pasti akan ditimpa suatu penyakit, baik itu ringat maupun berat. Baik itu berupa sakit pada fisik maupun pada hati.
Jika penyakit itu menimpa fisik kita, mungkin akan lebih mudah untuk menyembuhkannya, karena sudah banyak ahli-ahli yang dapat menyembuhkan berbagai permasalahan dalam fisik. Tapi, jika hati yang terserang penyakit, adakah ahli-ahli yang dapat membantu menyembuhkannya?
BACA JUGA: Hukum Tidak Baca Al-Quran di Bulan Ramadhan
Di sinilah peran wahyu Allah begitu berarti bagi kita. Mengapa? Wahyu Allah berupa al-Quran itu dapat mengobati dan menyembuhkan penyakit manusia serta membersihkan kotoran masyarakat. Lalu, bagaimana caranya ya?
Orang sering menentang ajaran Allah SWT karena dirasakan membatasi gerak kebebasannya yang didasarkan atas hawa nafsunya. Kalau manusia dibiarkan bergerak dan bertindak bebas (tanpa batas) memperturutkan hawa nafsunya, pasti dunia akan rusak binasa.
Allah SWT berfirman, “Dan melegakkan hati orang-orang yang beriman,” (QS. At-Tubah: 14).
Allah SWT juga berfirman, “Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman…” (QS. Al-Isra’: 82).
Selain itu, Allah SWT-pun berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman,” (QS. Yunus: 57).
Al-Quran mengobati dan menyembuhkan kotoran dan penyakit masyarakat yang ditimbulkan oleh hati (dada), dan bukan penyakit fisik.
BACA JUGA: Wajib Khatam Al-Quran di Bulan Ramadhan?
Jika seseorang melaksanakan perintah dan larangan al-Quran sepenuhnya, jiwanya akan sehat dan bebas dari rasa sakit, seperti iri hati, dengki, rakus, bermusuh-musuhan, zalim, curang, ketidakadilan, fitnah, dusta, peperangan dan saling membunuh, dendam, mabuk-mabukkan, perjudian, penipuan, pencurian, perampasan, kekufuran, mempertuhankan hawa nafsu, perzinaan, bunuh diri, kemunafikan, dan kejahatan-kejahatan lainnya. Hal ini berlaku pada tiap generasi dan seluruh zaman.[]
Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli as-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani