MARAH, identik dengan perilaku buruk dan tidak terpuji. Namun, ada yang perlu kita pahami bahwa marah tidak selalu buruk. Dalam kondisi tertentu, ada kalanya marah merupakan perilaku baik dan terpuji. Seperti Baginda Rasulullah SAW yang marah karena membela Allah SWT.
Dalam sebuah riwayat dinyatakan, “Sesungguhnya Nabi SAW tidak pernah marah terhadap sesuatu. Namun, jika larangan-larangan Allah dilanggar, ketika itu tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi rasa marahnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain juga dinyatakan, “Tidaklah Rasulullah SAW membalas karena dirinya kecuali kehormatan Allah SWT dilanggar sehingga beliau pun marah.” (HR al-Bukhari).
Jabir ra. pernah menuturkan, “Rasulullah SAW, bila marah, dua matanya berwarna merah, suaranya meninggi dan kemarahannya mengeras hingga seperti seorang komandan memperingatkan pasukannya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Marahlah terhadap orang yang menghinakan Allah. saat kehormatan Islam dilecehkan, saat orang-orang kafir mengolok-olok Islam, saat orang-orang liberal mengacak-acak AL-Quran, saat saudara-saudara sesama Muslim dihinakan bahkan dibantai tanpa belas kasihan, dan sebagainya. Meskipun Allah sendiri akan menghinakannya.
Marah dalam hal tersebut bukan hanya dibolehkan. Namun, sangat dianjurkan. Seperti hadits Nabi yang mengatakan, “Jika mampu kita wajib mengubahnya dengan tangan (kekuasaan), atau dengan lisan (dakwah) atau dengan hati—meski itu menandakan iman yang paling lemah.” (HR Muslim)
Jadi, marahlah apabila kita melihat sebuah kemungkaran yang merajalela saat ini. Jika tak mampu marah. Setidaknya hati kita membencinya. Ketika tidak ada rasa marah sedikitpun, artinya sebuah iman telah hilang dalam hati. []
Redaktur: Jejeh Nurazizah