Oleh: Ustaz Felix Y Siauw
ADA wanita yang belum mau menutupi auratnya, alasannya dia katakan bahwa hijab adalah bentuk pemaksaan pada wanita, padahal tanpa sadar dia dipaksa pula ikut trend fashion.
Baju ini tidak match sama yang ini, yang lagi ‘in’ yang itu, warna ini seharusnya dipasangkan sama yang ini, sepatu harus satu warna sama blouse atau kuncir rambut, itu ya aturan.
Ada pula yang mengatakan berhijab itu tidak ringkas. Tapi coba lihat ketika wanita tak berhijab traveling, satu tas khusus make-up, satu tas lagi toiletries, belum lagi sepatunya.
Pernah juga ada yang bilang, “Yang penting hatinya taat, bukan luarnya”. Siap besok kalau suaminya bilang “Yang selingkuh itu hanya luarnya, hatiku tetap padamu”, mau?.
Kalau belum siap? Ya tetap saja kewajiban Allah tidak berubah, lagipula bila kita yakin kita di jalan taat, maka Allah pasti akan menolong kita, meneguhkan hati kita.
Ada lagi yang khawatir masih maksiat ketika sudah berhijab, ini lumayan, artinya dia sadar bahwa “tak wajar berhijab tapi masih maksiat”, solusinya, ya langsung berhijab, Allah pasti bantu.
Coba dipikir sebaliknya, yakinkan dalam hati bahwa hijab adalah bagian kepatuhan pada Allah, ungkapannya “Ya Allah, aku milik-Mu, akan kembali pada-Mu, inilah taatku”, sejuk.
Hijab juga filter lelaki, hanya yang baik yang akan mendekati, hanya yang serius yang akan memulai. Bilapun ada yang masih iseng, setidaknya jauh lebih terhormat di pandangan mata.
Hanya lelaki yang tidak normal yang tak tertarik pada aurat yang diumbar. Namun ada wanita yang marah ketika dilihat auratnya, mau dibuka tapi tak boleh dilihat, aneh.
Tapi lelaki normal manapun lebih suka pada yang terlindung, yang tak pernah dijamah oleh lelaki manapun, maka Al-Qur’an menggambarkan bidadari begitu adanya.
Dalam surah Ar-Rahman, “Tak pernah disentuh oleh manusia sebelumnya, dan tidak pula jin”, “jelita terpelihara dalam kemah-kemah mereka”, khusus bagi mereka yang beriman.
Ada bidadari yang disegerakan di dunia. Merekalah yang menjaga harga diri, kemuliaan dan kehormatan dengan hijab syar’i, taat pada Allah melebihi cinta pada diri. []