ABU Qilabah bercerita: “Suatu hari, Abu Darda’ melewati seorang laki-laki yang telah melakukan kesalahan, lalu dimaki-maki oleh banyak orang. Abu Darda’ mencegahnya seraya berkata: “Jika kalian mendapatinya terperosok dalam satu lobang, apakah kalian akan mengeluarkannya?”
Mereka menjawab : “Ya.” Ia berkata : “Kalau begitu, janganlah kalian mencelanya. Bersyukurlah kepada Allah yang telah menyelamatkan kalian dari dosa dan kesalahan.” Mereka bertanya : “Apakah engkau tidak membencinya ?” Ia menjawab : “Yang kubenci adalah perbuatannya. Jika dia meninggalkan kesalahannya, maka dia saudaraku.”
BACA JUGA: Abu Darda Masuk Islam setelah Berhalanya Dihancurkan Sahabat
Demikianlah Islam mengajarkan kepada kita. Inilah keindahan Islam yang begitu sempurna. Kita dilarang membeci sesama muslim yang berbuat salah, selama dia mengakui kesalahannya dan mau bertaubat kepada Allah. Maka bencilah kesalahannya, jangan membenci orangnya.
Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i – rahimahullah – berkata :
إِكْرَهِ الْخَطَأَ وَ لَكِنْ لاَ تَكَرَهِ الْمُخْطِئَ. وَابْغَضْ بِكُلِّ قَلْبِكَ الْمَعْصِيَّةَ وَلَكِنْ سَامِح وَ ارْحَمْ العَاصِيَّ. اِنْتَقِدْ الْقَوْلَ وَلَكِنْ اِحْتَرِمْ القَائِلَ, فَإِنَّ مُهِمَّتنا هِيْ أَنْ نَقْضِيَ عَلَى الْمَرَضِ لاَ عَلَى الْمَرْضَى
“Bencilah kesalahan, tapi jangan membenci pelakunya. Bencilah kemaksiatan dengan segenap hatimu, namun kasihanilah dan sayangi pelakunya. Kritisi suatu pendapat, tapi tetap hormatilah/muliakanlah orang yang menyatakannya. Karena tugasmu adalah membasmi penyakit, bukan membasmi/membinasakan orang yang sakit.”
BACA JUGA: Saat Salman Al-Farisi dan Abu Darda Meminang
Saudara kita yang salah, ibarat orang yang sakit. Dan kita yang menasihati, ibarat seorang dokter. Kita fokus untuk mengobati penyakitnya, bukan membinasakan orang yang sakit. Tugas kita menyembuhkan orang yang sakit, bukan membunuhnya. []
Facebook: Abdullah Al-Jirani