BERIKUT adalah penjelasan terputusnya pengiriman rara rasul atau fatrah.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Ma’idah (5) ayat 19:
يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ قَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلٰى فَتْرَةٍ مِّنَ الرُّسُلِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا جَاۤءَنَا مِنْۢ بَشِيْرٍ وَّلَا نَذِيْرٍۗ فَقَدْ جَاۤءَكُمْ بَشِيْرٌ وَّنَذِيْرٌ ۗوَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ
“Wahai ahli kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul, agar kamu tidak mengatakan, ‘Tidak ada yang datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan’. Sungguh, telah datang kepadamu bahwa berita gembira dan peringatan. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu”.
Setelah mengungkap kesalahan kaum Yahudi dan Nasrani yang telah disebutkan pada ayat sebelumnya, baik tentang kesyirikan mereka atau perbuatan mereka menyembunyikan ayat-ayat Allah, pada ayat ini Allah memberikan nasihat kepada mereka selain berfirman:
يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ
“Wahai Ahli Kitab!”
BACA JUGA: Kisah Harut dan Marut dalam Al-Quran
Ini merupakan panggilan santun dan mengandung pemuliaan bahwa mereka adalah Ahli Kitab, yaitu kalangan yang pernah Allah berikan kemuliaan dengan Alkitab. Sayangnya, mereka kemudian menyimpang. Seharusnya dengan Alkitab itu mereka kembali kepada ajaran yang benar, tetapi mereka malah menyembunyikannya serta menakwilkannya sesuai dengan kemauan sendiri.
Mereka dipanggil sesuai dengan hak yang mereka dapatkan terhadap panggilan tersebut. Ulama menjelaskan bahwa di antara fungsi panggilan tersebut adalah agar mereka kembali kepada sifat terpuji pada kandungan panggilan tersebut, sebagaimana yang telah Allah berikan kepada mereka. Ahli Kitab tidak sama dengan kaum musyrik maupun kalangan lainnya. Seolah-olah Allah berfirman, “Wahai Ahli Kitab, Wahai orang-orang yang pernah dimuliakan oleh Allah dengan diberikan Alkitab, Taurat dan Injil, maka hendaklah kembali kepada ajaran kalian yang benar.”
Firman Allah:
قَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلُنَا
“sungguh Rasul Kami telah datang kepadamu”.
“Rasul Kami” adalah Nabi Muhammad ﷺ. Allah menyebutkan “Rasul Kami” untuk menunjukkan bahwa Muhammad itu adalah seorang utusan dan tidak memiliki kekuasaan rububiyyah atau pengaturan alam, tidak sebagaimana keyakinan Ahli Kitab terhadap Isa dan Uzair. Seolah-olah Allah menyatakan, “Muhammad adalah Rasul Kami. Dia adalah orang yang paling mulia, tapi dia bukan Tuhan, melainkan Kami-lah yang mengutusnya dan memberikan tugas kepadanya”.
Maka dari itu Allah berfirman,
قَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلُنَا
“Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu “.
Lalu, apa tugasnya Rasul tersebut?
Firman Allah:
يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلٰى فَتْرَةٍ مِّنَ الرُّسُلِ
“Menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul”.
Tugas Rasul adalah “menjelaskan kepadamu”. Di antara hal yang dijelaskan adalah semua yang berkaitan dengan “akidah” dan “hukum-hukum syariat” yang diperlukan oleh manusia dalam kehidupan mereka.
“Ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul”. Nabi Muhammad ﷺ diutus di zaman putusnya pengiriman para rasul. Ada beberapa faedah pada ayat ini yaitu:
Pertama, diutusnya Rasulullah ﷺ bukanlah perkara yang baru karena sebelum beliau juga telah diutus para rasul. Oleh karena itu, Ahli Kitab tidak perlu merasa aneh dengan perkara tersebut sebab Rasulullah ﷺ termasuk di antara rasul tersebut.
BACA JUGA: Mengapa Tidak Ada yang Bisa Mengubah Isi Al-Quran?
Kedua, Rasulullah ﷺ diutus ketika masa “fatrah”, terputusnya pengiriman para rasul. Ini menunjukkan betapa dibutuhkannya petunjuk/hidayah, termasuk utamanya bagi Ahli Kitab.
Fatrah/jarak keterputusan antara Nabi Isa dengan Nabi Muhammad ﷺ kurang lebih sekitar 580 tahun. Nabi Isa diangkat sekitar tahun 30 Masehi, sementara Nabi Muhammad ﷺ lahir sekitar tahun 571 Masehi, dan beliau diangkat menjadi seorang Nabi ketika berusia 40 tahun, yaitu sekitar tahun 610 Masehi. Maka, fatrah antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad ﷺ (yaitu semenjak diangkatnya Nabi Isa hingga Nabi ﷺ diangkat menjadi Nabi) adalah 690 Masehi dikurangi 30 Masehi yaitu sekitar 580 tahun.
Apakah ada nabi-nabi di antara zaman wafatnya Nabi Isa dengan zaman lahirnya Nabi Muhammad ﷺ? Dalam hal ini, ada khilaf di antara sejumlah ahli tafsir.
Sebagian mereka berpendapat ada tiga nabi di zaman fatrah tersebut. Hal ini berdasarkan firman Allah yang tercantum dalam Surah Yasin (36) ayat 14:
اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ
“(Yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, ‘Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu'”.
Sejatinya, tidak ada dalil yang tegas dalam hal ini. Namun intinya, itu merupakan waktu yang sangat panjang untuk menyebabkan manusia semakin jauh dari kebenaran.
BACA JUGA: Qarun dalam Al-Quran
Ini baru berkaitan dengan Ahli Kitab dari kalangan Nasrani maka rerlebih lagi dengan kalangan Yahudi. Keterputusan waktu yang sangat lama tersebut membuat mereka membutuhkan rasul yang memberikan hidayah kepada mereka. Karena itulah Allah pun kemudian mengutus Nabi Muhammad ﷺ. Apa tujuan Allah mengutus Nabi Muhammad ﷺ kepada seluruh umat manusia?
Firman Allah:
اَنْ تَقُوْلُوْا مَا جَاۤءَنَا مِنْۢ بَشِيْرٍ وَّلَا نَذِيْرٍۗ فَقَدْ جَاۤءَكُمْ بَشِيْرٌ وَّنَذِيْرٌ ۗوَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ
“…agar kamu tidak mengatakan, ‘Tidak ada yang datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan’. Sungguh, telah datang kepadamu bahwa berita gembira dan peringatan. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu””
Tujuannya adalah untuk menegakkan hujjah kepada Ahli Kitab agar tidak mencari alasan-alasan (uzur) di kemudian hari. Allah Mahakuasa untuk mengutus rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad ﷺ, meskipun telah lewat 500 tahun.[]
SUMBER: PUSAT STUDI QURAN