MANTAN presiden Soeharto dikenal sebagai salah satu hartawan di Indonesia. Namun, dalam sebuah wawancara dengan seorang pejabat pemerintahan era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), terungkap lah sebuah kisah ironi di hari tua Pak Harto, sapaan akrabnya ketika masih jadi presiden RI.
Dalam wawancara tersebut, terkuak bahwa Pak Harto pernah mengaku tak punya uang di masa pensiunnya. Dia tinggal sendirian di rumah cendana. Hanya ditemani beberapa asisten rumah tangga dan ajudan. Tidak ada gelak tawa sang anak ataupun cucu-cucu kesayangannya.
Soeharto duduk di kursi goyang kala pejabat negara itu datang ke kediamannya atas undangan Pak Harto sendiri. Dalam suasana hening, BApak bangsa yang telah menginjak usia senja itu meminta uang Rp 20 Milyar rupiah. Katanya untuk memperbaiki rumah.
“Lihat tuh rumah bocor-bocor,” kata Soeharto seperti ditirukan sang pejabat dalam wawancara dengan sebuah media nasional.
BACA JUGA: 4 Fakta Pak Harto yang Menarik dan Tak Terlupakan
Kepada sang pejabat, mantan presiden yang pernah jadi orang nomor satu selama lebih dari 5 periode itu blak-blakan mengutarakan kondisinya.
“Saya sudah tidak punya duit untuk biaya ini biaya itu. Rumah sudah rusak ini. Jadi tolong kamu kasih saya uang Rp20 miliar.’” ujar Soeharto.
Permintaan Soeharto itu tentunya terasa miris dan mengundang haru. Namun, permintaan bukan bentuk pemerasan terhadap pemerintah yang kala itu dipimpin SBY.
Uang Rp20 Miliyar itu memang hak Pak Harto selaku mantan presiden. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1978 tentang Hak Keuangan/Administratif Presiden dan Wakil Presiden. Pada pasal 8, setiap yang pernah memangku dua jabatan itu memang berhak mendapat rumah kediaman dengan perlengkapannya.
Hak inilah yang coba diminta Soeharto. Sebab, sebelum meminta uang tunai Rp 20 Miliyar, Soeharto sempat menayakan haknya yakni sebuah rumah dan perlengkapannya.
Jika diberikan, Soeharto ingin mengubah rumah itu menjadi sebuah rumah sakit kecil, mewujudkan mimpi almarhum istrinya, Siti Hartinah atau Tien Soeharto yang belum kesampaian.
Soeharto bahkan sudah memiliki bayangan pasti lokasi rumah yang ia inginkan, yakni di ujung Jalan Teuku Umar, Menteng.
“Dulu Ibu (Tien Soeharto) mau rumah itu,” kata Soeharto.
Namun rumah impian tersebut harganya mencapai Rp75 miliar. Sedangkan dalam ketentuan undang-undang, rumah yang diberikan oleh pemerintah kepada mantan presiden maksimal bernilai Rp20 miliar.
Sebelum akhirnya meminta hak tersebut diungkan, Soeharto juga sempat menanyakan harga rumah pemberian pemerintah kepada mantan presiden Megawati Soekarnoputri yang juga berlokasi di Jalan Teuku Umar.
Sang pejabat menjelaskan bahwa harga rumah itu sudah sesuai ketentuan.
“Terus Pak Harto bilang begini, ‘kalau begitu, ya saya kan jadi presiden enam kali. Enam kali Rp20 miliar kan Rp120 miliar’. Saya bilang, ‘enggak, Pak. Ngitungnya Cuma sekali’,” tutur sang pejabat diiringi gelak tawa.
Dia mengaku dekat dengan Soeharto sejak 1998, jadi obrolan yang blak-balakan dan canda semacam itu tak lagi canggung untuk dibicarakan bersama.
Setelah pertemuan itu, permintaan Pak Harto langsung disampaikan kepada Sri Mulyani yang saat itu menjabat Menteri Keuangan. Namun, Menkeu hanya sekedar tahu bahwa Rp20 miliar yang dipinta itu untuk membayar utang, yaitu utang pemerintah kepada mantan presiden Soeharto.
Sri Mulyani pun menyanggupi dengan syarat, ada persetujuan dari SBY.
BACA JUGA: “Piye Kabare, Enak Zamanku Toh?”
Semula SBY pun kaget dengan permintaan itu dan mempertanyakan balik. Namun, setelah dijelaskan, SBY mengerti dan kemudian mengeluarkan secarik memo yang isinya menyetujui permintaan itu.
“Saya juga kasihan. Beliau ngomong begini lho ke saya. Mungkin ke orang lain enggak ngomong begitu tapi ke saya ngomong begitu. Sudah tidak punya duit,” ucap sang pejabat, mengakhiri penuturannya.
Itulah sebuah fakta tentang Soeharto, Bapak pembangunan yang memimpin Indonesia selama lebih dari 25 tahun, hingga akhirnya ‘lengser keprabon’ karena krisis moneter di 1998.
Kisah itu dituturkan oleh Staf Khusus Kementerian Sekretaris Negara pada masa pemerintahan SBY, yakni Yusril Ihza Mahendra, dalam sebuah wawancara dengan CNNIndonesia pada 27 Maret 2018.
Yusril Ihza Mahendra kini menjabat sebagai ketua partai Bulan Bintang (PBB). []
SUMBER: CNN INdONESIA | JURNAL POLITIK