Oleh : Surya Suwarna
Mahasiswa Univeritas Muhammadiyah Tangerang (UMT) dan Anggota Forum Alumni Kelompok Studi Ekonomi Islam SCiBe UMT
densus.suwarna@gmail.com
KITA patut berbangga dengan Indonesia. Pasalnya, dukungan dan sambutan terhadap ekonomi syari’ah semakin mengalir begitu deras. Tentu semua itu tidak akan terwujud apabila pendahulu-pendahulu baik tokoh agama, tokoh ekonomi, dan tokoh politik serta pemerintahan tidak berkolaborasi bersama membangun pondasi-pondasi awal dalam memperjuangkan untuk menggerakan ekonomi syari’ah di bumi pertiwi yang kita cintai.
Cita dan harapan para pendahulu yang memperjuangkan ini semua tentu adalah sebuah cita yang tidak hanya berakhir saat berakhir juga usia para pendiri pondasi ekonomi syari’ah di Indonesia , tentu sebuah cita dan harapan ini akan terus di gelorakan menjadi semangat dalam estafet dakwah ekonomi syari’ah di tanah air ini.
Memang perjuangan untuk mencapai kesempurnaan tidak akan lahir dengan cepat, dan tidak begitu saja hadir dengan mudah, tetapi setiap ikhtiar yang dilakukan pasti akan berbuah kebaikan. Dahulu ekonomi syari’ah yang kita kenal hanya sebatas lembaga keuangan syari’ah yakni bernama bank syari’ah tetapi seiring berjalannya waktu lembaga-lembaga keuangan lainnya ikut bertransformasi menerapkan sistem berbasis syari’ah, seperti asuransi syari’ah, koperasi simpan pinjam berbasis syari’ah dan pasar modal syari’ah.
Tidak berhenti pada lembaga keuangan saja, para ulama, cendikiawan Muslim, tokoh ekonomi, pemerintah saat ini terus bahu membahu menjadikan ekonomi syari’ah sebagai instrumen yang bisa memecahkan permasalahan-permasalahan perekonomian di Indonesia.
Sehingga saat ini industri syari’ah terus ikut andil menjadi roda penggerak pembangun bangsa. Sebagai contoh industri pariwisata syari’ah yang semakin dilirik dunia, industri kosmetik halal yang semakin mempunyai nilai jual yang cantik, industri fashion Muslim yang tidak pernah kehilangangan daya kreatifitasnya, serta tidak ketinggalan industri kesehatan seperti rumah sakit, kini telah mempunyai tempat sesuai pedoman Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam penyelengaraannya.
Optimisme penggeloraan ekonomi syari’ah tentu tidak berhenti pada tataran pihak-pihak yang mempunyai pengaruh pada kekuasaan untuk mendukungnya, tetapi masyarakat sendiri sebagai civil society di dalamnya harus terus mendukung.
Dukungan masyarakat amat penting agar geliat ekonomi syari’ah terus berkembang seiring bejalannya waktu, seperti bagaimana kontribusi masyarakat terhadap penggunaan produk-produk berbasis syari’ah.
Yang menjadi catatan di lembaga keuangan syari’ah dalah market share perbankan syari’ah yang masih pada rentang 5% -6% sejak berdirinya bank syari’ah pertama di Indonesia selama hampir 25 tahun. Namun catatan tersebut bukan untuk menambah kita semakin pesimis untuk melihat ke depan, yaitu Indonesia menjadi kiblat ekonomi dan keuangan syari’ah dunia.
Hal ini akan menjadi titik awal kembali bagaimana semua elemen terus terlibat dalam motor penggerak ekonomi yang berorintasi bagi kemaslahatan umat manusia.
Pemerintah dan pemangku kebijakan lainnya tetap harus terus mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung dan mempermudah dalam mengembangan penerapan sistem syari’ah dalam ekonomi ini, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Begitupun tataran praktisi bagaimana bisa menghadirkan inovasi-inovasi terbaru dalam perindustri’an syari’ah sehingga produk tersebut dapat diminiati seluruh komponen masyarakat dan menciptakan ketertarikan masyarakat agar terus tumbuh yang berdampak pada mampu bersaingnya industri-industri syari’ah dengan industri industri lainnya.
Begitu dalam dunia pendidikan selain telah banyak membuka program-program studi ekonomi syari’ah, pelaku pendidikan harus juga menyiapkan pula calon sumber daya manusia yang mampu mengaplikasikan ilmu untuk meningkatan daya saing industri syari’ah kedepannya.
Yang tidak kalah pentingnya adalah dunia teknologi informasi dan komunikasi. Pers mempunyai nilai penting dalam memberitakan serta mengedukasi masyarakat mengenai ekonomi syari’ah dan perkembangnya, dengan demikan pers menjadi ujung tombak membangun peradaban literasi ekonomi syari’ah bagi masyarakat.
Dengan berkembangnya media pers di tanah air mulai dari televisi, radio, surat kabar bahkan sekarang lewat media internet, maka sudah selayaknya pemangku – pemangku kebijakan media tersebut dan insan pers sendiri, membuka dan memberi ruang untuk mampu menjadikan medianya sebagai rujukan bagi para penikmatnya dalam mengawal perkembangan ekonomi syari’ah di Indonesia.
Terlebih di sisi pemberitaaan surat kabar dan pemberitaan internet, kedua media ini harus mampu juga memberikan pemahamaan yang baru bagi para pembacanya dalam mengedukasi ekonomi syari’ah seperti menerbitkan features dan kolom khusus ekonomi syari’ah, bahkan menerbitkan jurnal ekonomi syari’ah yang bekerja sama dengan perguruan tinggi di Tanah Air. Semoga dengan satu kesatuan ini kesadaran akan pentingnya ekonomi syari’ah semakin tinggi
Dengan menamakan konsep bertaawun dan beramal jama’i dalam mendukung ekonomi syari’ah oleh semua elemen kehidupan berbangsa dan bernegara semoga ekonomi syari’ah tidak hanya dijadikan alternatif untuk memecahkan permasalahan-permasalahan perekonomian tetapi menjadi sebuah kemestian yang diterapkan untuk kemaslahatan kesejahteraan bersama. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.