HIDUP tak lepas dari ujian dan cobaan. Allah berfirman dalam QS Al Baqarah: 155:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Mari kita evaluasi, bagaimana kita menyikapi ujian dan cobaan dalam hidup ini. Apakah penuh dengan keluh dan kecewa? Atau, telah cukupkah kita bersabar menjalaninya?
BACA JUGA: 9 Golongan yang Termasuk Kategori Kufur
Jangan-jangan, kita malah lebih banyak menghitung musibah hingga melupakan nikmat yang Allah berikan. Bukannya bersyukur, malah kufur. Naudzubillah.
Sikap kita dalam menghadapi musibah, baik itu ujian ataupun cobaan, perlu menjadi perhatian. Sebab, ada sebagian orang yang Kanud. Apa itu?
Kanud adalah orang yang terus menerus menghitung musibah demi musibah dan melupakan nikmat.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Allah mencela orang yang disebut kanud yaitu yang tidak mensyukuri nikmat.”
Mengenai ayat:
إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya.” (QS. Al-‘Adiyat: 6).
Al-Hasan Al-Bashri mengatakan:
يَعُدُّ المَصَائِبَ وَيَنْسَى النِّعَمَ
“Orang yang kanud adalah yang terus menerus menghitung musibah demi musibah, lantas melupakan berbagai nikmat yang telah Allah beri.” (‘Uddah Ash-Shabirin wa Dzakhirah Ash-Shabirin, hlm. 151)
BACA JUGA: Waspada! Budaya Kufur Bikin Iman Jadi ‘Lapur’
Ibnul Qayyim mengatakan, karena hal itulah Nabi SAW mengabarkan bahwa kebanyakan wanita menjadi penduduk neraka yakni karena sifat di atas. Nabi SAW bersabda:
لَوْ أَحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari, no. 5197 dan Muslim, no. 907).
Kalau tidak mensyukuri pemberian suami saja hukumannya seperti ini, padahal hakikatnya nikmat tersebut juga berasal dari Allah, bagaimana lagi jika kita enggan bersyukur atas nikmat Allah sama sekali. (‘Uddah Ash-Shabirin wa Dzakhirah Asy-Syakirin karya Ibnul Qayyim rahimahullah, hlm. 151.
Semoga kita semua dihindarkan dari sikap buruk ini, agar tak termasuk dalam golongan Kanud tersebut. []
SUMBER: RUMAYSHO