Oleh: Rosandi Ardi Noegraha
Dosen dan Pegiat Sosial
rosandiardinugraha@gmail.com
TIDAK mudah membangun keyakinan dan ketenangan melangkah dan menatap kehidupan, di saat sebagian orang mengetahui aib kesalahan yang terlanjur dilakukan.
Perlu kesungguhan dan keyakinan yang kuat, terhadap prinsip-prinsip asasiyat (dasar), bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang luput dari aib.
Terkadang, kita tidak jujur terhadap diri kita sendiri. Kita tidak memiliki kesiapan untuk menerima aib kita, bahkan sering terkesan membela-bela diri dan tidak mau menerima aib kita yang sudah terungkap.
Demi Allah dan RasulNya, jika energi yang kita gunakan untuk membela diri kita, kemudian alihkan untuk melaksanakan ketaatan, bertaubat, kepada pada Allah SWT, maka perlahan namun pasti, aib-aib kita itu akan menyadari dan terlihat secara jujur oleh kita.
BACA JUGA: Aib?
Kita akan bisa menerima aib yang kita miliki; tanpa kemudian menyalahkan siapapun, terlebih kepada saudara-saudara yang baik, yang telah mengingatkan kita untuk kembali kepada Allah, memohon ampunan, bertaubat dan berdzikir padaNya.
Seorang ulama salafussholeh menyatakan, “Saudaramu yang selalu mengingatkanmu kepada Allâh, memberitahukan aib-aibmu itu lebih baik bagimu daripada yang menaruh beberapa uang dinar di tanganmu.”
Terbongkarnya aib seseorang, dari apapun sumbernya baik lewat pemberitahuan seorang teman yang baik kepadanya ataupun melalui proses perenungan diri, pada hakikatnya merupakan tanda kebaikan yang Allah SWT inginkan pada diri orang tersebut. Karena orang yang mengetahui dan menyadari aibnya, akan bisa melakukan perbaikan-perbaikan di masa-masa yang akan datang.
Semakin banyak aib seseorang yang terlihat, seharusnya semakin besar usaha perbaikan diri yang dilakukannya. Karena itu, seharusnya kita berterima kasih kepada orang-orang yang telah mengingatkan, menasihati terhadap aib kita. Karena dengan itu, kita jadi tersadarkan dan akhirnya berkesempatan memperbaiki diri agar berubah, menjadi lebih baik.
Allah Ta’ala berfirman :
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Ada ungkapan hikmah yang sangat mendalam maknanya dari Ibnu Athaillah, “Jika engkau melakukan dosa setelah berulangkali bertaubat, janganlah dosa itu menjadikan dirimu putus asa dari kemampuanmu melakukan keistiqamahan dan terlepas dari kemaksiatan. Betapa pun engkau mengulang-ulang dosa, sesungguhnya engkau tetap tidak tahu bila dosa yang engkau ulang-ulang itu kemudian menjadi akhir dosa yang engkau lakukan.”
BACA JUGA:Jaga Aib Pasangan Anda, Seburuk-buruknya Anda atau Dia Dunia Tidak Perlu Tahu
Rasulullah SAW bersabda (yang artinya): “Pendosa yang selalu mengharap rahmat Allah itu lebih dekat kepada Allah SWT dibanding hamba yang putus asa akan rahmat Allah SWT.”
Sebagai seorang muslim seharusnya kita pantang menyerah dari rahmat Allah Swt. Sebesar apapun kesalahan kita, sebesar apapun dosa kita, jangan pernah menyerah untuk bertobat dan mengakui kesalahan kepada Allah swt. Yakinilah Dialah Dzat Yang Maha Pengampun.
Tetaplah melangkah, tetap tegak berjalan, optimis menatap kehidupan dan masa depan, yakini bahwa kita sang pendosa punya harapan kembali memperbaiki diri dan menjadi manusia yang mulia di hadapan Allah. Allah SWT berfirman:
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa’: 110).
Sebagai penutup mari kita renungkan sebuah Hadits Qudsi, bahwa Allah SWT berfirman, “Selama hamba-Ku berdoa dan memohon kepada-Ku, pasti Aku ampuni dia.” []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.