Oleh: Daud Farma
Tanda seru identik dengan sikap ketegasan, juga kadang amarah. Contoh: jaga sikapmu! Dan tanda tanya identik dengan sikap penasaran, pingin tahu karena tidak tahu, contoh: kamu kenapa bahagia sekali?
Dua tanda baca di atas (tanda ! dan tanda ?) membantu mewakilkan penekanan, yang mana dengan dua tanda itu bisa lebih menekankan lagi.
Tapi mengapa, hanya dua tanda baca, dua karakter penekanan itu saja yang diikutsertakan dalam tombol keyboard? Hanya dua tanda itu yang ada dalam tanda baca dunia dalam mewakilkan karakter kita? Lalu hanya dua tanda itu juga yang ada kita jumpai dalam sebuah bacaan di buku mau pun di screen.
Pertanyaanku: kenapa tidak membuat atau menambahkan dengan tanda penekanan karakter yang lain?
Kan manusia tidak hanya: penasaran (?) dan marah mau pun tegas (!) saja. Karaker yang lain adalah: sedih, senang, kaget, dan terharu. Kenapa tidak menambahkan tombol-tombal baper tersebut di keyboard?
Kan tidak asyik juga jika mengetik di mc word kemdian harus kita masuk emoji untuk menggambarkan suasana hati? Terus ketika di-print, emojinya juga ikut tercetak.
Kenapa penemu keyboard tidak berfikir untuk menambahkan yang saya maksud sebelum akhirnya membuat keyboard yang hanya memasukkan dua tanda perwakilan/penekanan suasana hati mau pun karakter, emosional perasaaan manusia?
Apa karena khawatir nanti kebanyakan tombol? Hingga terlalu berat saat membawanya?
Atau memang sudah mentok? Tombol: sedih, bahagia, haru, kaget, sudah tak dapat lagi ditemukan? Tak dapat dipikirkan bagaimana bentuk tandanya, simbolnya?
Kalau nanti akan ada, saya rasa emoji senyum, sedih dengan air mata mengalir, dan tawa membuka mulut gembira itu, tak perlu lagi. Cukup kita tekan tombol: sedih dan senang!
Masa ia untuk emoji saja mesti diambil dari tanda baca? Dan untuk mewakilkan menggambarkan karaker, perasaan mesti ngambil emoji?
Bagaimana tanggapan penerus generasi Aristophanes (penemu tanda baca) Christopher Latham Sholes ( penemu keyboard qwerty) dengan hal ini?
Yang pertama dilakukan adalah menemukan tanda baca: sedih, bahagia, terharu, dan kaget-dahulu-lalu kemudian pembuat keyboard bisa menambahkannya di keyboard. Kan masih banyak kosong? Masa ia untuk menekan tombol SPACE saja mesti dua jempol? Kenapa tidak jempol yang satunya lagi berfungsi untuk menekan tombol senang dan sedih? (Kalau sudah ada 😀)
Kalau lah tanda baca itu berdasarkan pada irama atau intonasi dari suara bacaan, saya yang gemar menulis tetap bersikeras untuk menambahkan tanda baca yang saya maksud. Kenapa? Karena ketika orang lain membaca tulisan saya, mereka tak mendengar dan tak tahu bagaimana ekspresi karaker yang saya tulis, saat tertawa.
Apakah harus saya tulis (HAHAHA) untuk menggambarkan saya tertawa? Lagi-lagi harus memasukkan emoji? Kenapa tidak dengan simbol/tanda baca tawa saja? Saya merasa lebih simple begitu jika ada. Meski pun pada umumnya jarang ada orang yang tertawa saat membaca bacaan serius, tapi saat ada kata-kata jenaka, saya rasa tanda baca untuk mewakilinya mestinya ada. Dan tanda-tanda yang saya maksud juga sangat berfungsi pada saat menulis buku. Karena emoji tidak begitu indah untuk dimasukkan ke dalam buku.
(Aku menamainya dengan simbol/tanda baca perasaan. The feeling symbol). []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.