DALAM da’wah, memahami pesan asasi Al Quran sangat penting. Seperti kala kita ditanya tentang apakah halal itu. Kalau “Kosher” adalah Jewish meal, apakah “Halal” itu Muslim’s meal? Ternyata bukan. Mari simak salah satu ayat tentangnya.
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi thayyib dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan; karena sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS Al Baqarah: 168)
Sesungguhnya yang diseru ayat ini untuk mengasup yang halal dan thayyib bukan hanya mukmin, bukan hanya muslim, melainkan seluruh manusia. Maka halal dan thayyib adalah standar kelayakan konsumsi bagi insan yang manusiawi. Halal dan thayyib adalah makanan berkualitas tinggi; sembelihan dengan kualitas daging terbaik karena darah maksimal dialirkan, pilihan ternak yang rendah risiko parasit berbahaya, pengolahan dengan bahan yang tak berdampak buruk bagi jasmani maupun ruhani, serta kandungan nutrisi yang terjaga manfaatnya.
Maka mendakwahkan asupan halal, bukanlah dengan menyebutnya sebagai makanan muslim. Ia adalah makanan ummat manusia yang bersaudara sebagai sesama putra-putri Adam dan Hawa.
Di mana nilai strategisnya?
Kata Imam Ahmad ibn Hanbal, makanan yang halal melembutkan hati. Hati yang lembut akan lebih mudah tersentuh oleh kebajikan, akan lebih mudah tergetar oleh wahyu, akan lebih siap menyimak dipaparkannya hujjah kebenaran. Maka mendakwahkan makanan halal hingga menjadi menu yang dinikmati semua insan adalah tahap mempersiapkan banyak hati untuk nanti pada saatnya mensyahadatkan iman.
Gerobak pertama The Halal Guys berlokasi di West 53rd Street and Sixth Avenue, Manhattan, New York. Kisah antriannya yang hingga lebih dari setengah jam melegenda. Kini, hidangan yang berisi nasi beras basmati, irisan daging panggang yang gurih empuk, serta selada kubis yang diguyur saus lezat dan sambal pedas ini telah menjual hak pengembangan waralabanya ke 340 lokasi lain di Amerika dan 50 di Asia Tenggara.
Didirikan oleh warga keturunan Mesir bernama Mohamed Abouelenein pada 1990, awalnya The Halal Guys melayani para muslim pengemudi taksi yang mencari hidangan sedap, murah, serta sehat. Kini 95 persen konsumen The Halal Guys adalah non-muslim, membuatnya menjadi juru kampanye makanan halal yang berpusat di New York.
Ah, setidaknya, orang kian mengasosiasikan “Halal” sebagai bagian gaya hidup mereka. Yang jelas rasanya enak. Mungkin iseng juga mereka bertanya, apa sih “Halal” itu? Google siap menjawabnya. []
Sumber: Fanpage Salim A Fillah